Paradigma, Tendensi, Aliran, dan Gerakan*) Linguistik dewasa ini berkembang dengan pesat. Perkembangan tersebut dapat dilihat dari kian banyaknya teori dan penelitian yang telah dihasilkan serta munculnya bermacam gerakan dan aliran. Perkembangan teori-teori tersebut merata pada pelbagai cabang-cabang linguistik, seperti pada fonetik, fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, juga pragmatik. Bukan itu saja, penelitian-penelitian yang dilahirkan dari perkembangan teori tersebut pula semarak dan tumbuh bak jamur di musim hujan. Perkembangan teori dan makin banyaknya penelitian yang dihasilkan itu tidak terlepas dari gerakan dan aliran yang memayungi dan menyemarakkan dunia linguistik. Penerbitan dan pengedaran buku-buku serta karya-karya tentang linguistik juga ikut berperan dalam penyebaran dan pengembangan linguistik. Karya de Saussure Course in General Linguistics, dapat dikatakan menjadi pemicu tumbuh dan berkembangnya linguistik. Praktik-praktik linguistik sampai dengan tahun 60-an dapat ditandai dengan adanya generalisasi induktif dalam penyelidikan ilmiah. Dengan kata lain, data-data kebahasaan diamati lebih dahulu kemudian disusunlah teori berdasarkan organisasi data tersebut. Namun, hal itu tidak selamanya dilakukan. Dalam penyelidikan linguistik kini, pengamatan juga sarat dengan teori, selain deskripsi dan analisis. Dalam penelitian ilmiah ada baiknya konsep-konsep yang melatarbelakangi penelitian linguistik tersebut dibedakan sehingga kita dapat melihat secara tajam perbedaan-perbedaan konseptual di balik pemakaian istilah itu. Konsep-konsep tersebut seperti teori, paradigma, tendensi, aliran, dan gerakan. Hal tersebut dimaksudkan agar peneliti mengetahui posisi dan sikapnya dalam kegiatan penelitian. Untuk mendapatkan pengertian dari teori, paradigma, tendensi, aliran, dan gerakan di atas, berikut ini akan dijelaskan perbedaannya secara singkat. Teori merupakan sistem yang makin abstrak yang menghasilkan penjelasan, prediksi, rekonstruksi, interpretasi, evaluasi, dan dapat merumuskan kaidah atau hukum. Menurut Verhaar (dalam Sutami, 2001) teori dapat dibagi menjadi dua, yaitu teori yang kurang abstrak dan teori yang abstrak. Teori yang kurang abstrak merupakan ringkasan data dan uraian prosedur penemuan. Teori yang abstrak tidak diperoleh dari data saja, tetapi juga dari penalaran logis, matematis, bahkan juga dapat berdasarkan intuisi peneliti dengan kerangka rujukan tertentu. Paradigma ialah prestasi ilmiah yang diakui pada suatu masa sebagai model untuk memecahkan maslaah ilmiah. Paradigma bisa disebut sebagai norma ilmiah. Suatu penelitian yang tidak menggunakan paradigma yang berlaku pada masa tertentu, maka penelitian itu dikatakan tidak ilmiah. Pada tahun 60-an misalnya, paradigma yang menonjol adalah positivisme (objek penelitian terlepas dari subjek). Contoh lain adalah paradigma Plato (bahasa adalah fisei) dan Aristoteles (bahasa adalah tisei). Tendensi ialah nuansa berpikir yang nampak pada karya-karya ilmiah tertentu yang berasal dari ilmu atau pandangan di luar linguistik. Tendensi itu berupa pengaruh lain di dalam linguistik dan mewarnai cara berpikir sarjana tersebut. Misalnya, karya-karya Chomsky yang bertendensi psikologisme, atau Pike yang bertendensi antropologisme. Aliran adalah kumpulan sarjana yang berpengaruh pada ajaran atau guru yang sama. Ajaran itu dikembangkan oleh seseorang atas dasar falsafah teori yang dianutnya. Ajaran itu kemudian dikembangkan dan diikuti orang lain sehingga menjadi aliran. Contoh: aliran Transformasi Generatif merupakan kumpulan sarjana yang berpegang pada ajaran dari Chomsky. Aliran Praha (Trubetzkoy), aliran Tegmemik (Pike). Gerakan adalah cara berpikir yang tidak diarahkan oleh tokoh atau kelompok tertentu yang menajdi dasar menyeluruh kegiatan ilmiah tertentu bagi aliran atau tokoh yang berlainan. Gerakan bisa berupa teori, falsafah, atau pandangan umum yang memayungi aliran tertentu. Mislanya, gerakan Generativisme memayungi aliran Transformasi Generatif. Linguistik Indonesia Istilah linguistik dapat dipahami secara luas dan sempit. Dalam pengertian luas, konsep ini menjangkau segala sesuatu yang membicarakan bahasa, apapun pendekatan dan tujuannya. Dalam pengertian sempit, linguistik hanya mencakup karya penelitian dan teoretis saja. Penggunaan pengertian luas dan sempit itu untuk memudahkan wacana ilmiah karena yang namanya keilmiahan itu adalah konsep berjenjang. Karya Raja Ali Haji (1856) bisa digolongkan sebagai karya linguistik ilmiah karena merupakan prestasi kebahasaan pada zamannya meskipun karya pedagogis. Justru kita akan membuat kesalahan sangat fatal jika meremehkan dan mengatakan karya itu sebagai karya tidak ilmiah. Dalam perkembangan teori linguistik di Indonesia bidang yang paling banyak diminati adalah gramatik, khususnya sintaksis. Hal itu disebabkan karena kajian linguistik Indonesia tumbuh dari perhatian pada pemakaian bahasa khususnya tata bahasa (gramatika pedagogis). Kalau linguistik Eropa lahir dari filsafat, linguistik India dan Arab lahir dari Agama, maka linguistik Indonesia lahir dari pengajaran bahasa (lihat Kridalaksana, 1995). Teori Linguistik di Indonesia Teori linguistik di Indonesia banyak dipengaruhi oleh linguistik Barat (Eropa-Amerika) karena dari sanalah para linguis banyak belajar tentang linguistik. Secara umum, perkembangan linguistik di Indonesia dapat dibagi ke dalam bebera periode berikut ini. 1. …sampai 1940 Sampai akhir abad 19 yang disebut tata bahasa adalah kelas kata sehingga buku-buku tata bahasa banyak mengulas tentang hal tersebut. Hal itu karena banyak mendapat pengaruh tata bahasa tradisional model Yunani dan Latin. Beberapa buku tata bahasa tertua tentang bahasa melayu antara lain: a. Grondt of te Kort Bericht van de Maleysche Tale, Vervat in Twee Deelen: Her Eerste handelende van de Letters ende haren aenhanh. Het andere van de deelen eener Redene (1653) karya Joannes Roman. Buku ini digunakan sebagai sarana misionaris Kristen melalui penerjemahan Injil. b. Bustanulkatibin (1850) dan Kitab Pengetahuan Bahasa (1858/1929) karangan Raja Ali Haji, seorang sastrawan dan linguis asal Riau. c. Kitab jang Menyatakan Djalan Bahasa Melajoe (1910) karya Koewatin Sasrasoeganda. d. Maleische Spraakkunst (1915) karya Ch. A van Ophuysen. Buku ini mulai menggunakan pendekatan filologi. e. Kitab ABC karangan Lim Kim Hok. Buku ini berisi tata bahasa Melayu Rendah yang pada saat itu merupakan lingua franca. 2. Tahun 40-an sampai 60-an Pada periode ini karya-karya kebahasaan dapat dibagi atas tata bahasa pedagogis (digunakan untuk pengajaran bahasa Indonesia di sekolah) dan tata bahasa teoretis. Contoh karya-karya pedagogis adalah: a. Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia (1949-1950) karya STA yang banyak berpengaruh pada pengajaran bahasa Indonesia. b. Tata Bahasa Indonesia (1951) karya C.A. Mees. c. Djalan bahasa Indonesia (1942) karya Sutan M. Zain. Penelitian yang bersifat ilmiah dan teoretis belum berkembang pesat pada periode ini namun beberapa buku berusaha mengungkap sisi lain bahasa Indonesia secara ilmiah, misalnya: a. Mencari Sendi Baru Tata Bahasa Indonesia (1950) karya Armin Pane. Karya ini menekankan aspek bunyi. b. Inleiding tot de Studie van de Indonesische Syntaxis (1951) yang diterjemahkan menjadi Pengantar Sintaksis Bahasa Indonesia. Buku karya Fokker ini mendapat pengaruh aliran Praha. c. Kaidah Bahasa Indonesia (1956-1957) karya Slametmuljana ini bersifat generatif. 3. Tahun 60-an sampai 70-an Periode ini menandai dimulainya kajian-kajian empiris tentang bahasa Indonesia maupun bahasa-bahasa lain. Contoh karya-karya yang muncul antara lain: a. artikel tentang fonologi bahasa Jawa dan sistem fonem dan ejaan (1960) oleh Samsuri. b. Artikel tentang morfem-morfem produktif (1960) oleh TW. Kamil dan Sugeng Sikarso. c. Artikel tentang IC Analysis (1964) dan kata majemuk (1965) dengan menggunakan model IA oleh Ramlan. Ciri-ciri penelitian pada saat itu adalah: - dipengaruhi gerakan deskriptivisme - menganut aliran Neo-Bloomfieldian dan bersifat behavioristik - ketat dalam metodologi - bahasa lisan menjadi objek utama. 4. Tahun 70-an sampai 80-an Antara tahun tersebut teori linguistik Indonesia ditandai penerapan teori aliran Leiden, dan teori TG. Penelitian linguistik mulai berkembang dan banyak mendapat pengaruh dari aliran-aliran tersebut. Para sarjana yang mencoba menerapkan teori deskriptif Leiden antara lain Muhajir, Badudu, Ayatrohaedi, dan Tarigan. Para sarjana yang mendapat beasiswa Ford Foundation juga mulai menerapkan teori TG, mislanya Samsuri (yang sebelumnya beraliran Neo-Bloomfieldian) beralih ke TG. Salah satu karyanya Tata Kalimat Bahasa Indonesia (1985). Ada juga sarjana yang melakukan penelitian bersifat fungsionalistis, misalnya Sudaryanto, dalam karyanya Predikat-Obyek dalam Bahasa Indonesia (1979). Hal baru yang diperkenalkan dalam sistem bahasa Indonesia adalah mengenai wacana sebagai satuan terbesar dalam hierarki gramatikal. Konsep ini diperkenalkan Kridalaksana (1970 dan 1978). 5. Tahun 80-an sampai 90-an Pada periode ini perkembangan teori linguistik merupakan sintesis atas teori-teori yang ada. Penelitian dalam bidang pragmatik mulai mendapat tempat cukup penting dalam penelitian linguistik Indonesia. Selain itu, Kridalaksana mengupayakan dibangunnya sebuah teori sintaksis yang merupakan sebuah sintesis dengan dipengaruhi oleh gerakan fungsionalisme. Selain hal itu, beberapa kegiatan ilmiah, seminar, lokakarya, dan semacamnya diselenggarakan guna mendorong perkembangan linguistik di Indonesia. Kemajuan yang dicapai sepanjang sejarah linguistik Indonesia dalam beberapa bidang kajiannya antara lain: 1. Bidang fonologi a. masuknya konsep fonem (tahun 70-an) b. masuknya wawasan tentang unsur suprasegmental oleh Amran Halim, Intonasi (1969), dan Hans Lapoliwa (1981) dengan fonologi generatifnya. c. Usaha memahami lafal bahasa Indonesia oleh Joko Kencono (1983). 2. Bidang morfologi a. masuknya konsep morfem (tahun 60-an) b. pemakaian Model IA c. penggunaan Model IP 3. Bidang Sintaksis a. pengenalan konsep hierarki gramatikal dalam linguistik Indonesia. b. Pengenalan konsep frasa menggunakan teori Hockett (aliran Neo-Bloomfieldian) oleh Ramlan (1964) c. Pengenalan teori tagmemik oleh Kridalaksana (70-an) d. Sudaryanto (1979) mempertajam konsep klausa. 4. Bidang leksikografi Muncul seorang pelopor leksikografi modern Indonesia, yaitu W.J.S. Poerwadarminta. Kamusnya yang terkenal adalah Kamus Umum Bahasa Indonesia (1952). Selain itu ia juga menaruh perhatian pada bahasa Jawa dan Jawa Kuno. Perkembangan linguistik malahan semakin meriah pada tahun 2000 hingga sekarang ini dengan munculnya beragam bidang dan pendekatan kajian linguistik yang dilakukan di pelbagai universitas di Indonesia. Ada juga kecendrungan beberapa tahun terakhir penelitian linguistik berorientasi pada eksplorasi bidang pragmatik bahasa Indonesia. Hal itu bisa dilihat dari seringnya muncul tulisan-tulisan (jurnal, makalah, artikel, tesis, atau disertasi) yang menggali secara khusus pragmatik bahasa Indonesia. Saya menduga-duga barangkali ini karena dipicu oleh kolom bahasa Indonesia di harian Media Indonesia yang diasuh oleh Rahardi yang banyak menjawab permasalahan pragmatik. Namun, untuk mengetahui perkembangan mutakhir linguistik Indonesia saat ini diperlukan survei lagi yang lebih mendalam. Daftar Bacaan Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta. Kridalaksana, Harimurti. 1991. “Perkembangan Linguistik Dewasa Ini.” Atma nan Jaya, Tahun IV No. 2, Agustus. Kridalaksana, Harimurti. 1995. “Teori Linguistik di Indonesia dalam Beberapa Dasawarsa Terakhir ini.” Atma nan Jaya, Tahun III. No. 1, April. Suhardi, Basuki. 2005. “Tokoh-tokoh Linguistik Abad ke-20.” Dalam Pesona Bahasa Langkah Awal memahami Linguistik. (ed) Multamia Luder. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Sutami, Hermina. 2001. Sintaksis Lanjutan. Diktat Mata Kuliah Sintaksis Program Magister Linguistik Pascasarjana Universitas Indonesia Depok. *)Makalah seminar S3 Unesa Maret 2007

Read more

APA ITU LINGUISTIK?

Written by Mas Tri Posted in:

Saturday, February 27, 2010 6:18:55 AM Momogunology Club Didin Faqihuddin, MA Alumnus PPS. UIN Sunan Gunung Djati Bandung Linguistik selalu didefinisikan sebagai “studi ilmiah tentang bahasa” (the scientific study of language). Definisi itu kemudian memunculkan dua pertanyaan lebih lanjut yaitu, apa yang dimaksud dengan “ilmiah” dan apa yang dimaksud dengan “bahasa”? pertanyaan pertama relatif mudah dijawab, namun tidak demikian halnya dengan yang kedua. Kita dapat mengatakan bahwa seorang linguis melakukan kajian ilmiah ketika dia berusaha untuk mengkaji bahasa sama seperti seorang ilmuwan mengkaji fisika atau kimia. Maksudnya adalah mereka melakukianya secara sistematis, dan sedapat mungkin tanpa adanya ‘prasangka’. Dalam konteks bahasa, seorang linguis meneliti kegunaan bahasa, membentuk hipotesis tentang bahasa, menguji hipotesis itu, dan kemudian menyaring kembali hipotesis itu berdasarkan bukti-bukti yang telah dikumpulkan. Untuk lebih mudahnya, dapat dilihat contoh berikut. Dalam bahasa Inggris, kita dapat membuat hipotesis bahwa kata sifat (adjective) selalu mendahului kata benda. Misalnya: “a good man” dan “a dead tree”. “Good” dan “dead” adalah kata sifat yang masing-masing mendahului kata benda yang dijelaskannya (“man” dan “tree”). Dari sini terbukti hipotesis kita bahwa kata sifat dalam bahasa Inggris mendahului kata benda. Namun bertentangan dengan hipotesis kita, ada kalimat dalam bahasa Inggris di mana kata sifat ada di belakang kata benda, misalnya: “the man is good” dan “the tree is dead”. Dan lebih detil lagi, kita juga menemukan kalimat berikut: “life everlasting” dan “mission impossible”, yang sekali lagi bertentangan dengan hipotesis kita, karena di sini, kata sifat (everlasting dan impossible) lagi-lagi tidak mendahului kata benda. Ketika kita melakukan pengujian terhadap kata sifat dalam bahasa Inggris, maka kita ada dalam posisi untuk mengatakan bahwa kata sifat (ajektiva) dalam bahasa Inggris digunakan dalam dua cara: (a) Mereka dapat digunakan secara atributif (sebelum kata benda) seperti: “a good man”; dan (b) Mereka apat digunakan secara predikatif (mengikuti kata kerja), seperti kalimat: “The man is good”. Aturan (hukum) gramatikal seperti itu mengkover penggunaan hampir kebanyakan ajektif dalam bahasa Inggris. Lalu apa itu bahasa? Sederhananya kita dapat mengatakan bahwa sebuah bahasa adalah seperangkat signal (tanda, isyarat) yang kita gunakan untuk berkomunikasi. Manusia bukanlah satu-satunya makhluk yang mempunyai sistem komunikasi yang rumit. Lebah berkomunikasi dengan sesamanya tentang madu yang mereka temukan, atau tentang jumlah telur yang ada di sebuah sarang yang baru; simpanse dapat menggunakan vokalisasi untuk memberikan peringatan terhadap bahaya, memberikan sinyal ketika menemukan makanan, atau untuk menunjukkan keinginan kawin; dan lumba-lumba dapat mengkomunikasikan informasi tentang makanan dan bahaya dengan cara melakukan siulan-siulan dan cekelakan. Tidak cukup tempat di sini untuk menjelaskan persamaan dan perbedaan sistem komunikasi manusia dan sistem komunikasi hewan. Juga tidak gunanya untuk mendiskusikan apakah bahasa manusia dikembangkan dari sistem-sistem tanda yang lebih sederhana, dan ada lebih awal dibanding bahasa hewan. Yang tampak jelas adalah bahwa bahasa sama tuanya dengan spesies-spesies yang ada di dunia. Tidak juga benar mengatakan bahwa kita kehilangan satu mata rantai rangkaian dari sistem komunikasi yang sederhana menjadi bahasa manusia yang kompleks. Yang dapat kita katakan dengan penuh percaya diri adalah bahwa jikapun bahasa manusia dalam ‘esensi’-nya tidak berbeda dengan komunikasi hewan, namun bahasa keduanya berbeda dalam tingkatan (degree). Bahasa dunia hewan tidak bisa menyamai bahasa manusia dilihat dari segi fleksibilitas, kompleksitas, presisi, produktifitas, dan kuantitasnya. Manusia belajar membuat penggunaan (bahasa) yang tidak terbatas dari perangkat (bahasa) yang terbatas. Ada beberapa poin umum yang membuat bahasa manusia begitu bernilai. Pertama, bahasa manusia bukan hanya sebuah sistem vokal komunikasi. Ia dapat juga diekspresikan dengan tulisan yang pada gilirannya membuat bahasa manusia tidak terbatas ruang dan waktu. Kedua, setiap bahasa (kelompok manusia) bersifat arbitrer dan sistematik. Artinya tidak ada dua bahasa yang perangkat aturannya sama persis, setiap bahasa memiliki perangkatnya sendiri. Untuk menunjuk ke benda bernama air, bahasa Inggris menggunkan kata ‘water’, bahasa Perancis ‘eau’, bahasa Arab ‘miyah’. Tidak ada hubungan hakiki masing-masing kata dengan sesuatu yang dirujuknya (senyawa H2O), inilah yang disebut arbitrer. Sementara pengertian sistemik dapat dilihat pada contoh berikut: untuk memberitahukan bahwa seseorang merasakan keinginan untuk makan karena perutnya kosong, maka bahasa Indonesia akan dikatan: “Saya lapar”; dalam bahasa Inggris: “I am hungry”; dalam bahasa Perancis: “J’ai faim” (yang secara luteral berarti “saya punya rasa lapar). Kita tidak bisa mengatakan bahwa sebuah bahasa lebih ‘alami’ dan lebih ‘sesuai’ dari pada bahasa yang lain. Bahasa bersifat arbitrer dalam pemilihan dan kombinasi pokok-pokoknya, namum bersifat sistematik dalam hal bahwa ide-ide yang serupa itu diungkapkan dengan cara yang sama. Dan akhirnya tidak ada bahasa yang primitif atau bahasa kelas dua. Orang boleh hidup dalam kondisi yang paling primitif, tetapi semau bahasa muncul dalam keadaan yang sama-sama kompleks. Dan semua bahasa sungguh memadai untuk memenuhi kebutuhan para penggunanya. Bahasa digunakan untuk diyakini bahwa nun jauh di belahan dunia yang lain akan ditemukan sebuah bahasa yang lebih sederhana, dam ada suatu mata rantai yang hilang antara komunikasi hewan dan bahasa kelompok-kelompok masyarakat yang berteknologi maju. Ada ditemukan manusia di bagian-bagian paling jauh Papua New Guinea dan di Lembah Amazon yang cara hidupnya tidak pernah berubah selama ribuan tahun, namun bahasa mereka memiliki kehalusan, teroganisir, fleksibel, dan berguna yang sama dengan bahasa-bahasa yang ditemukan di belahan lain manapun di dunia ini. Bahasa dan Media Sebuah bahasa adalah sebuah abstraksi yang didasarkan pada perilaku linguistik para penggunanya. Bahasa tidak bisa disamakan secara persis dengan kemampuan bicara (speech) karena tidak ada seorang penutur bahasa yang memiliki penguasaan total terhadap seluruh sistem bahasa, dan setiap penutur dapat menggunakan bahasa secara tidak memadai karena keletihan, sakit, atau karena tidak perhatian. Seluruh bocah kecil yang normal dari semua ras belajar untuk berbicara dengan bahasa masyarakat di mana ia berada, dengan demikian kemampuan bicara sering terlihat sebagai media utama sebuah bahasa. Sistem abstrak di mana bahasa dapat dituangkan dalam bentuk tulisan, dan meskipun kemampuan bicara dan tulisan memiliki banyak kesamaan, keduanya tidak bisa disamakan atau disusun secara hirearkis. Banyak buku akan mengatakan bahwa kemampuan bicara adalah ‘primer’, dan ini benar dalam beberapa hal: (1) Tulisan relatif baru berkembang belakangan di kelompok masyarakat; (2) ribuan masyarakat tutur bersandar semata-mata pada ‘bahasa lisan; (3) semua kita lebih banyak berbicara ketimbangmenulis; dan (4) meskipun kita mempelajari bahasa tanpa usaha sadar, namun untuk belajar membaca dan menulis selalu kurang spontan dan tidak otomatis. Namun demikian, kemampuan bicara bukanlah ‘primer’ jika kita memaknai ‘primer’ itu sebagai ‘lebih penting’. Kemampuan bicara dan menulis tidak dalam suasana berkompetisi. Keduanya saling melengkapi dan keduanya dibutuhkan dalam sebuah masyarakat yang maju secara teknologi. Kita dapat menyimpulkan hubungan antara bahasa dan medianya bahwa, meskipun bahasa lisan dan tulisan secara teori berbeda, namun mereka dapat saling mempengaruhi satu sama lain. Berikut adalah perbedaan-perbedaan mendasar antara bahasa lisan dan bahasa tulis: Bahasa lisan: isi suara; menggunakan intonasi, tekanan, ritme dan tempo; diproduksi secara mudah-tidak butuh alat; tidak kekal; dipersepsi dengan telinga; sialamat hadir; umpan balik secara langsung; pemaknaan dibantu dengan konteks, gerak tubuh dan gestur; spontan, dan asosiatif. Bahasa tulisan: isi huruf / tanda; menggunakan pungtuasi (tanda baca) dan perlengkapan grapologis lain seperti italic; diproduksi dengan usaha-membutuhkan alat; relatif permanen; dipersepsi dengan mata; sialamat absen; umpan balik ditunda; pemaknaan harus dibuat dengan jelas dalam konteksnya; tidak spontan; dan logis. Daftar itu cukup untuk menunjukkan bahwa bahasa lisan dan bahasa tulisan adalah media yang sangat berbeda. Lebih jauh, masing-masing keduanya dapat berfungsi secara indpenden. Kita tidak harus bisa berbicara suatu bahasa untuk dapat membaca dan menulisnya. Tidak juga suatu kemampuan berbicara suatu bahasa memberikan jaminan seseorang secara otomatis bisa menulis dalam bahasa itu. Namun ada link-link tertentu antara kedua medium ini. Kebanyakn sistem bhasa tulisan didasarkan pada bahasa lisan (meskipun di dalam bahasa Inggris kita ketahui ada ekuivalensi yang kasar antara suara dan tulisan). Komponen-komponen Bahasa Ketika seekor burung kakatua mengucapkan kata-kata atau frase, kita memahaminya meskipun pantas-pantas saja kita berasumsi bahwa burung itu sendiri tidak memahami apa yang diucapkannya. Kakatua boleh jadi bisa memproduk satuan-satuan yang dapat dipahami dari media ucap, tetapi burung itu sendiri tidak memiliki kesadaran sistem abstrak di balik medium itu. Sama juga, jika kita mendengar suatu alunan suara dalam sebuah bahasa yang tidak kita ketahui, kita dapat memahami dengan nada suaranya apakah seseorang itu marah atau jengkel, namun makna pastinya tidak dapat kita ketahui. Untuk menguasai sebuah bahasa, karenanya berarti mampu mengucapkan sejumlah pola bahasa tak terbatas yang bisa dipahami oleh orang lain pengguna bahasa itu, di samping mampu juga memahami pola-pola kebahasaan tak terbatas yang diucapkan oleh orang lain. Jadi itu merupakan sebuah proses dua arah berupa mengucapkan dan memahami. Wallahu A’lam Kampus STAIN Datokarama Palu, 14 Januari 2010 Referensi: AN INTRODUCTION TO LINGUISTICS / Loreto Todd, MA., Ph.D

Read more

LINGUISTIK

Written by Mas Tri Posted in:

Monday, March 22, 2010 12:38:17 PM Momogunology Club Dikotomi dan bahasa Kajian linguistik dapat diolahkan melalui tiga paksi utama, dengan titik hujungnya dihuraikan di bawah: * Sinkronik lwn Diakronik: Linguistik sinkronik (huraian) adalah berkenaan dengan bentuk sesuatu bahasa pada masa yang tertentu; sebaliknya, linguistik diakronik (sejarah) mengkaji perubahan-perubahan yang berlaku dalam sebuah bahasa atau keluarga bahasa dengan berlalunya masa. * Teori lwn Gunaan: Linguistik teori (atau am) adalah berkenaan dengan rangka-rangka untuk memerihalkan bahasa-bahasa dan teori-teori individu dari segi aspek-aspek bahasa yang sejagat, manakala linguistik gunaan mempergunakan teori-teori ini untuk bidang-bidang yang lain. * Konteks lwn Autonomi: Linguistik konteks adalah berkenaan dengan tempatnya bahasa di dunia ini: fungsi sosialnya, bagaimana ia diperoleh, bagaimana ia dihasilkan dan dikesan. Linguistik autonomi atau bebas mengolahkan bahasa semata-mata untuk tujuan sendiri, selain daripada eksternaliti-eksternaliti yang berkait dengan sesebuah bahasa. Kekadangnya, istilah-istilah makrolinguistik dan mikrolinguistik dipergunakan untuk istilah masing-masing bagi dikotomi ini. Berdasarkan dikotomi-dikotomi ini, cendekiawan-cendekiawan yang hanya merujuk kepada diri dengan mudah sebagai ahli linguistik atau ahli linguistik teori tanpa sebarang pembatasan, cenderung melibatkan diri dalam linguistik autonomi, teori, dan sinkronik yang telah diakui sebagai teras disiplin ini. Penyelidikan linguistik telah dikejar oleh berbagai-bagai jenis pakar yang mungkin tidak bersependapat; sebagaimana yang dikatakan oleh Russ Rymer dengan gaya yang ranggi: "Linguistik dapat dipertahankan sebagai harta yang amat dipertikaikan dalam alam akademik. Ia direndam dengan darah para pemuisi, serta ahli teologi, falsafah, filologi, psikologi, biologi, antropologi, dan neurologi, bersama dengan apa-apa darah yang boleh diperah daripada ahli-ahli nahu." 1 Peringkat linguistik teori Linguistik teori sering dibahagikan kepada sebilangan bidang yang berasingan untuk dikaji dengan lebih kurang tersendiri. Bahagian-bahagian berikut kini telah diperakui secara meluas: -Fonetik ialah kajian bunyi-bunyi bahasa manusia. -Fonologi atau fonemik ialah kajian pola-pola bunyi asas bagi seseuatu bahasa. -Morfologi ialah kajian struktur dalaman bagi perkataan-perkataan. -Sintaksis ialah kajian bagaimana perkataan-perkataan digabungkan untuk membentuk ayat-ayat yang bertatabahasa. -Semantik ialah kajian makna perkataan-perkataan semantik leksikal dan bagaimana perkataan-perkataan digabungkan untuk membentuk ayat-ayat yang bermakna. -Pragmatik ialah kajian bagaimana pengungkapan (baik secara literal, mahupun secara kiasan) digunakan dalam perbuatan-perbuatan komunikasi. -Linguistik sejarah ialah kajian bahasa-bahasa yang hubungan sejarahnya telah diakui melalui persamaan dalam perbendaharaaan kata, pembentukan kata, dan sintaksis. -Tipologi linguistik ialah kajian ciri-ciri tatabahasa yang digunakan merentasi semua bahasa manusia. -Silistik linguistik ialah kajian gaya dalam bahasa-bahasa. -Analisis wacana ialah kajian ayat-ayat yang disusun menjadi teks. Bagaimanapun, kepentingan tersendiri bagi setiap bidang tidak diakui secara sejagat, dan hampir semua ahli linguistik bersetuju bahawa bahagian-bahagian ini amat bertindih. Walaupun demikian, setiap bidang mempunyai konsep-konsep teras yang menggalakkan penyelidikan dan penyiasatan cendekiawan yang penting. Linguistik diakronik Sedangkan teras linguistik teori adalah berkenaan dengan mengkaji bahasa-bahasa pada sesuatu ketika yang tertentu (biasanya kini), linguistik diakronik memeriksa bagaimana bahasa berubah dengan berlalunya masa, kekadang selama berabad-abad. Linguistik sejarah mempunyai sejarah yang kaya (kajian linguistik tumbuh daripada linguistik sejarah) dan asas teori yang kuat untuk mengkaji perubahan bahasa. Di dalam universiti-universiti di Amerika Syarikat, sudut pandangan bukan sejarah kelihatan lebih berkuasa. Sebagai contoh, banyak kelas linguistik permulaan hanya meliputi linguistik sejarah secara sepintas lalu. Peralihan dalam tumpuan ke sudut pandangan bukan sejarah bermula dengan Saussure dan menjadi berpengaruh dengan Noam Chomsky. Secara nyata, sudut-sudut pandangan sejarah termasuk linguistik sejarah perbandingan dan etimologi. Linguistik gunaan Sedangkan linguistik teori adalah berkenaan dengan mencari dan menghuraikan gambaran umum kedua-dua untuk bahasa-bahasa tertentu dan untuk antara semua bahasa, linguistik gunaan mengambil dapatan-dapatan ini dan menggunakannya untuk bidang-bidang yang lain. Seringnya, linguistik gunaan merujuk kepada penggunaan penyelidikan linguistik dalam pengajaran bahasa, tetapi dapatan-dapatan penyelidikan linguistik juga telah digunakan untuk banyak bidang yang lain. Banyak bidang linguistik gunaan pada hari ini melibatkan penggunaan komputer secara eksplisit. Sintesis pertuturan dan pengecaman pertuturan menggunakan pengetahuan fonetik dan fonemik untuk memberikan antara muka suara kepada komputer. Penggunaan linguistik pengiraan dalam penterjemahan mesin, penterjemahan dibantu komputer, dan pemprosesan bahasa sejadi merupakan bidang-bidang yang amat berhasil pada tahun-tahun kebelakangan ini disebabkan oleh kuasa perkomputeran yang semakin meningkat. Pengaruhnya telah mempunyai kesan yang besar kepada teori-teori sintaksis dan semantik, kerana pemodelan teori-teori sintaksis dan semantik dengan menggunakan komputer memaksa teori-teori menjadi operasi-operasi boleh hitung dan memberikan asas matematik yang lebih ketat. Linguistik konteks Linguistik konteks ialah bidang yang linguistik berinteraksi dengan disiplin-disiplin akademik yang lain. Sedangkan linguistik teori teras mengkaji bahasa semata-mata untuk tujuan sendiri, bidang-bidang linguistik antara disiplin mengkaji bagaimana bahasa berinteraksi dengan dunia. Sosiolinguistik, linguistik antropologi, dan antropologi linguistik merupakan sains sosial yang mengkaji interaksi-interaksi linguistik dengan masyarakat pada keseluruhannya. Analisis wacana kritis ialah bidang yang retorik dan falsafah berinteraksi dengan linguistik. Psikolinguistik dan neurolinguistik menggabungkan sains perubatan dengan linguistik. Bidang-bidang linguistik merentasi disiplin termasuk pemerolehan bahasa, linguistik evolusi, lingusitik pengiraan, serta sains kognitif. Preskripsi dan huraian Rencana utama: Preskripsi dan huraian. Penyelidikan-penyelidikan yang kini dilakukan di bawah nama "linguistik" adalah deskriptif semata-mata; ahli-ahli linguistik cuba menjelaskan sifat bahasa tanpa membuat sebarang pertimbangan nilai atau mencuba mencartakan hala-hala bahasa masa depan. Walaupun demikian, terdapat banyak ahli profesional dan amatur yang juga mempreskripsikan atau menetapkan peraturan-peraturan bahasa sebagai piawai untuk diikuti oleh orang-orang lain. Para preskriptivis cenderung didapati di kalangan pendidik bahasa dan wartawan, dan bukannya dalam lingkungan ahli linguistik akademik pada dirinya. Mereka mempunyai tanggapan-tanggapan yang jelas tentang apa yang betul dan apa yang salah, dan mungkin mempertanggungjawabkan diri untuk memastikan bahawa generasi yang berikut akan menggunakan jenis bahasa yang paling mungkin akan menyebabkan "kejayaan"; jenis bahasa itu seringnya merupakan akrolek sesuatu bahasa yang tertentu. Alasan-alasan untuk sikap mereka yang tidak bertoleransi terhadap "penggunaan salah" mungkin termasuk ketidakyakinan terhadap neon, hubungan-hubungan dengan loghat-loghat yang tidak dikenan secara sosial (iaitu basilek), atau hanya percanggahan dengan teori-teori kesayangan mereka. Versi keterlaluan preskriptivisme boleh didapati di kalangan penapis yang misi peribadi mereka adalah untuk menghapuskan perkataan-perkataan dan struktur-struktur yang dianggap mereka sebagai memusnahkan masyarakat. Para deskriptivis sebaliknya tidak menerima tanggapan para preskriptivis tentang "penggunaan tidak betul". Mereka mungkin memerihalkan penggunaan-penggunaan orang itu sebagai "idiosinkratik" atau mereka mungkin mendapati sesuatu ketetapan (atau peraturan) yang dipatuhi oleh penggunaan-penggunaan tersebut (berbeza dengan andaian preskriptif yang lazim bahawa penggunaan "buruk" adalah tidak teratur). Dalam konteks kerja luar, linguistik huraian merujuk kepada kajian bahasa yang menggunakan pendekatan deskriptivis. Perkaedahan deskriptivis adalah lebih serupa dengan perkaedahan saintifi dalam bidang-bidang lain. [sunting] Pertuturan lawan penulisan Kebanyakan ahli linguistik sezaman mengandaikan bahawa bahasa pertuturan adalah lebih asas dan oleh itu, adalah lebih penting daripada bahasa tulisan. Alasan-alasan untuk sudut pandangan ini termasuk: * Pertuturan nampaknya merupakan sejagat manusia, manakala terdapat banyak budaya dan komuniti pertuturan yang tidak mempunyai sebarang komunikasi tulisan; * Manusia belajar untuk bertutur dan memproses bahasa-bahasa pertuturan dengan lebih mudah dan lebih awal, berbanding dengan penulisan; * Sebilangan ahli sains kognitif memperdebatkan bahawa otak mempunyai "modul bahasa" yang semula jadi, dengan pengetahuan dianggap datangnya daripada mengkaji pertuturan lebih daripada mengkaji tulisan, khususnya kerana bahasa dalam bentuk pertuturan dianggap merupakan penyesuaian evolusi, manakala penulisan merupakan rekaan yang lebih terkini. Sudah tentu, ahli-ahli linguistik bersetuju bahawa kajian terhadap bahasa tulisan adalah berfaedah dan bernilai. Bagi penyelidikan linguistik yang menggunakan kaedah-kaedah linguistik korpus dan linguistik pengiraan, bahasa tulisan seringnya adalah lebih sesuai untuk memproses jumlah data linguistik yang besar. Korpus besar untuk bahasa pertuturan adalah susah untuk dicipta dan dicari, dan biasanya ditranskripsikan dan ditulis. Walau bagaimanapun, kajian tentang sistem-sistem tulisan pada dirinya telah dianggap sebagai satu cabang linguistik tersendiri. Ahli linguistik dan aliran fikiran penting Rencana utama: Sejarah linguistik Di India kuno, ahli nahu Sanskrit, Pāṇini (k.k. 520–460 SM), ialah ahli linguistik terawal yang diketahui dan sering diakui sebagai pengasas linguistik. Beliau termasyhur untuk merumuskan 3,959 peraturan morfologi Sanskrit dalam teksnya, Aṣṭādhyāyī, yang masih digunakan pada hari ini. Tatabahasa Sanskrit Pāṇini's adalah amat sistematik dan teknikal. Pendekatan analisisnya merangkumi konsep-konsep fonem, morfem, dan kata dasar yang hanya dikenali oleh ahli-ahli linguistik barat sekitar dua milenia kemudian. Peraturan-peraturannya memerihalkan morfologi Sanskrit dengan penuh tanpa sebarang lebihan. Satu akibat tumpuannya terhadap keringkasan ialah struktur yang amat tidak intuitif yang mengingatkan kita tentang "bahasa mesin" sezaman (bertentangan dengan bahasa-bahasa atur cara "boleh dibaca manusia"). Peraturan-peraturan logik dan tekniknya yang canggih telah mempengaruhi ahli-ahli linguistik kuno dan moden secara meluas. Tolkāppiyar (k.k. abad ke-3 SM), ahli linguistik India Selatan, menulis Tolkāppiyam, karya tatabahasa bahasa Tamil yang masih digunakan pada hari ini. Bhartrihari (k.k. 450–510) merupakan lagi seorang penulis teori linguistik bahasa Indo-Arya yang penting. Beliau membina teori bahawa tindakan pertuturan mempunyai tiga peringkat: (1) pengkonsepan; (2) pelaksanaan pertuturan; dan (3) pemahaman oleh pentafsir. Kerja Pāṇini dan Bhartrihari mempunyai pengaruh yang amat penting dalam banyak gagasan asas yang dicadangkan oleh Ferdinand de Saussure, profesor bahasa Sanskrit, yang telah dianggap secara meluas sebagai bapa linguistik struktur moden. Cendekiawan-cendekiawan linguistik awal yang lain termasuk: * Jakob Grimm yang mereka prinsip peralihan konsonan dalam penyebutan yang dikenali sebagai Hukum Grimm pada tahun 1822; * Karl Verner yang menemui Hukum Verner; * August Schleicher yang mencipta "Stammbaumtheorie"; * Johannes Schmidt yang mengembangkan "Wellentheorie" ("model gelombang") pada tahun 1872; * Ferdinand de Saussure yang merupakan pengasas linguistik struktur moden; * Edward Sapir yang merupakan tokoh terkemuka dalam linguistik struktur Amerika. Beliau adalah salah seorang pertama yang memeriksa dengan teliti hubungan-hubungan antara kajian bahasa dengan antropologi. Perkaedahannya mempunyai pengaruh yang kuat kepada semua penggantinya. * Noam Chomsky yang tatabahasa transformasi generatifnya, model bahasa formal yang dikembangkan di bawah pengaruh gurunya, Zellig Harris, telah menjadi model yang utama sejak dekad 1960-an. Zellig Harris pula dipengaruhi oleh Leonard Bloomfield. Ahli-ahli linguistik dan aliran fikiran penting yang lain termasuk: * Michael Halliday yang tatabahasa fungsian sistemiknya telah diikut secara meluas di United Kingdom, Kanada, Australia, China, dan Jepun; * Dell Hymes yang mengembangkan pendekatan pragmatik yang dipanggilnya "Etnografi Pertuturan"; * George Lakoff, Leonard Talmy, dan Ronald Langacker yang merupakan perintis dalam bidang linguistik kognitif; * Charles Fillmore dan Adele Goldberg yang dikaitkan dengan tatabahasa binaan; dan * ahli-ahli linguistik, termasuk Leonard Talmy, Talmy Givon, dan Robert Van Valin, Jr., yang mengembangkan berbagai-bagai kelainan yang dipanggil mereka sebagai fungsionalisme. Perwakilan pertuturan * Abjad Fonetik Antarabangsa (IPA), sebuah sistem yang digunakan untuk menulis dan meniru bunyi-bunyi pertuturan manusia. * SAMPA, sebuah transkripsi ASCII-sahaja untuk IPA yang digunakan oleh sesetengah penulis. Sila lihat laman web SAMPA. Source: http://ms.wikipedia.org/wiki/Linguistik

Read more

GAMBARAN UMUM LINGUISTIKl

Written by Mas Tri Posted in:

Monday, March 22, 2010 12:47:29 PM Momogunology Club Gambaran Umum Ilmu Bahasa (Linguistik) Oleh: Deny A. Kwary I. Pendahuluan Dalam berbagai kamus umum, linguistik didefinisikan sebagai ‘ilmu bahasa’ atau ‘studi ilmiah mengenai bahasa’ (Matthews 1997). Dalam The New Oxford Dictionary of English (2003), linguistik didefinisikan sebagai berikut: “The scientific study of language and its structure, including the study of grammar, syntax, and phonetics. Specific branches of linguistics include sociolinguistics, dialectology, psycholinguistics, computational linguistics, comparative linguistics, and structural linguistics.” Program studi Ilmu Bahasa mulai jenjang S1 sampai S3, bahkan sampai post-doctoral program telah banyak ditawarkan di universitas terkemuka, seperti University of California in Los Angeles (UCLA), Harvard University, Massachusett Institute of Technology (MIT), University of Edinburgh, dan Oxford University. Di Indonesia, paling tidak ada dua universitas yang membuka program S1 sampai S3 untuk ilmu bahasa, yaitu Universitas Indonesia dan Universitas Katolik Atma Jaya. II. Sejarah Perkembangan Ilmu Bahasa Ilmu bahasa yang dipelajari saat ini bermula dari penelitian tentang bahasa sejak zaman Yunani (abad 6 SM). Secara garis besar studi tentang bahasa dapat dibedakan antara (1) tata bahasa tradisional dan (2) linguistik modern. 2. 1 Tata Bahasa Tradisional Pada zaman Yunani para filsuf meneliti apa yang dimaksud dengan bahasa dan apa hakikat bahasa. Para filsuf tersebut sependapat bahwa bahasa adalah sistem tanda. Dikatakan bahwa manusia hidup dalam tanda-tanda yang mencakup segala segi kehidupan manusia, misalnya bangunan, kedokteran, kesehatan, geografi, dan sebagainya. Tetapi mengenai hakikat bahasa – apakah bahasa mirip realitas atau tidak – mereka belum sepakat. Dua filsuf besar yang pemikirannya terus berpengaruh sampai saat ini adalah Plato dan Aristoteles. Plato berpendapat bahwa bahasa adalah physei atau mirip realitas; sedangkan Aristoteles mempunyai pendapat sebaliknya yaitu bahwa bahasa adalah thesei atau tidak mirip realitas kecuali onomatope dan lambang bunyi (sound symbolism). Pandangan Plato bahwa bahasa mirip dengan realitas atau non-arbitrer diikuti oleh kaum naturalis; pandangan Aristoteles bahwa bahasa tidak mirip dengan realitas atau arbitrer diikuti oleh kaum konvensionalis. Perbedaan pendapat ini juga merambah ke masalah keteraturan (regular) atau ketidakteraturan (irregular) dalam bahasa. Kelompok penganut pendapat adanya keteraturan bahasa adalah kaum analogis yang pandangannya tidak berbeda dengan kaum naturalis; sedangkan kaum anomalis yang berpendapat adanya ketidakteraturan dalam bahasa mewarisi pandangan kaum konvensionalis. Pandangan kaum anomalis mempengaruhi pengikut aliran Stoic. Kaum Stoic lebih tertarik pada masalah asal mula bahasa secara filosofis. Mereka membedakan adanya empat jenis kelas kata, yakni nomina, verba, konjungsi dan artikel. Pada awal abad 3 SM studi bahasa dikembangkan di kota Alexandria yang merupakan koloni Yunani. Di kota itu dibangun perpustakaan besar yang menjadi pusat penelitian bahasa dan kesusastraan. Para ahli dari kota itu yang disebut kaum Alexandrian meneruskan pekerjaan kaum Stoic, walaupun mereka sebenarnya termasuk kaum analogis. Sebagai kaum analogis mereka mencari keteraturan dalam bahasa dan berhasil membangun pola infleksi bahasa Yunani. Apa yang dewasa ini disebut "tata bahasa tradisional" atau " tata bahasa Yunani" , penamaan itu tidak lain didasarkan pada hasil karya kaum Alexandrian ini. Salah seorang ahli bahasa bemama Dionysius Thrax (akhir abad 2 SM) merupakan orang pertama yang berhasil membuat aturan tata bahasa secara sistematis serta menambahkan kelas kata adverbia, partisipel, pronomina dan preposisi terhadap empat kelas kata yang sudah dibuat oleh kaum Stoic. Di samping itu sarjana ini juga berhasil mengklasifikasikan kata-kata bahasa Yunani menurut kasus, jender, jumlah, kala, diatesis (voice) dan modus. Pengaruh tata bahasa Yunani sampai ke kerajaan Romawi. Para ahli tata bahasa Latin mengadopsi tata bahasa Yunani dalam meneliti bahasa Latin dan hanya melakukan sedikit modifikasi, karena kedua bahasa itu mirip. Tata bahasa Latin dibuat atas dasar model tata bahasa Dionysius Thrax. Dua ahli bahasa lainnya, Donatus (tahun 400 M) dan Priscian (tahun 500 M) juga membuat buku tata bahasa klasik dari bahasa Latin yang berpengaruh sampai ke abad pertengahan. Selama abad 13-15 bahasa Latin memegang peranan penting dalam dunia pendidikan di samping dalam agama Kristen. Pada masa itu gramatika tidak lain adalah teori tentang kelas kata. Pada masa Renaisans bahasa Latin menjadi sarana untuk memahami kesusastraan dan mengarang. Tahun 1513 Erasmus mengarang tata bahasa Latin atas dasar tata bahasa yang disusun oleh Donatus. Minat meneliti bahasa-bahasa di Eropa sebenarnya sudah dimulai sebelum zaman Renaisans, antara lain dengan ditulisnya tata bahasa Irlandia (abad 7 M), tata bahasa Eslandia (abad 12), dan sebagainya. Pada masa itu bahasa menjadi sarana dalam kesusastraan, dan bila menjadi objek penelitian di universitas tetap dalam kerangka tradisional. Tata bahasa dianggap sebagai seni berbicara dan menulis dengan benar. Tugas utama tata bahasa adalah memberi petunjuk tentang pemakaian "bahasa yang baik" , yaitu bahasa kaum terpelajar. Petunjuk pemakaian "bahasa yang baik" ini adalah untuk menghindarkan terjadinya pemakaian unsur-unsur yang dapat "merusak" bahasa seperti kata serapan, ragam percakapan, dan sebagainya. Tradisi tata bahasa Yunani-Latin berpengaruh ke bahasa-bahasa Eropa lainnya. Tata bahasa Dionysius Thrax pada abad 5 diterjemahkan ke dalam bahasa Armenia, kemudian ke dalam bahasa Siria. Selanjutnya para ahli tata bahasa Arab menyerap tata bahasa Siria. Selain di Eropa dan Asia Barat, penelitian bahasa di Asia Selatan yang perlu diketahui adalah di India dengan ahli gramatikanya yang bemama Panini (abad 4 SM). Tata bahasa Sanskrit yang disusun ahli ini memiliki kelebihan di bidang fonetik. Keunggulan ini antara lain karena adanya keharusan untuk melafalkan dengan benar dan tepat doa dan nyanyian dalam kitab suci Weda. Sampai menjelang zaman Renaisans, bahasa yang diteliti adalah bahasa Yunani, dan Latin. Bahasa Latin mempunyai peran penting pada masa itu karena digunakan sebagai sarana dalam dunia pendidikan, administrasi dan diplomasi internasional di Eropa Barat. Pada zaman Renaisans penelitian bahasa mulai berkembang ke bahasa-bahasa Roman (bahasa Prancis, Spanyol, dan Italia) yang dianggap berindukkan bahasa Latin, juga kepada bahasa-bahasa yang nonRoman seperti bahasa Inggris, Jerman, Belanda, Swedia, dan Denmark. 2. 2 Linguistik Modern 2. 2. 1 Linguistik Abad 19 Pada abad 19 bahasa Latin sudah tidak digunakan lagi dalam kehidupan sehari-hari, maupun dalam pemerintahan atau pendidikan. Objek penelitian adalah bahasa-bahasa yang dianggap mempunyai hubungan kekerabatan atau berasal dari satu induk bahasa. Bahasa-bahasa dikelompokkan ke dalam keluarga bahasa atas dasar kemiripan fonologis dan morfologis. Dengan demikian dapat diperkirakan apakah bahasa-bahasa tertentu berasal dari bahasa moyang yang sama atau berasal dari bahasa proto yang sama sehingga secara genetis terdapat hubungan kekerabatan di antaranya. Bahasa-bahasa Roman, misalnya secara genetis dapat ditelusuri berasal dari bahasa Latin yang menurunkan bahasa Perancis, Spanyol, dan Italia. Untuk mengetahui hubungan genetis di antara bahasa-bahasa dilakukan metode komparatif. Antara tahun 1820-1870 para ahli linguistik berhasil membangun hubungan sistematis di antara bahasa-bahasa Roman berdasarkan struktur fonologis dan morfologisnya. Pada tahun 1870 itu para ahli bahasa dari kelompok Junggramatiker atau Neogrammarian berhasil menemukan cara untuk mengetahui hubungan kekerabatan antarbahasa berdasarkan metode komparatif. Beberapa rumpun bahasa yang berhasil direkonstruksikan sampai dewasa ini antara lain: 1.Rumpun Indo-Eropa: bahasa Jerman, Indo-Iran, Armenia, Baltik, Slavis, Roman, Keltik, Gaulis. 2.Rumpun Semito-Hamit: bahasa Arab, Ibrani, Etiopia. 3.Rumpun Chari-Nil; bahasa Bantu, Khoisan. 4.Rumpun Dravida: bahasa Telugu, Tamil, Kanari, Malayalam. 5.Rumpun Austronesia atau Melayu-Polinesia: bahasa Melayu, Melanesia, Polinesia. 6.Rumpun Austro-Asiatik: bahasa Mon-Khmer, Palaung, Munda, Annam. 7.Rumpun Finno-Ugris: bahasa Ungar (Magyar), Samoyid. 8.Rumpun Altai: bahasa Turki, Mongol, Manchu, Jepang, Korea. 9.Rumpun Paleo-Asiatis: bahasa-bahasa di Siberia. 10.Rumpun Sino-Tibet: bahasa Cina, Thai, Tibeto-Burma. 11.Rumpun Kaukasus: bahasa Kaukasus Utara, Kaukasus Selatan. 12.Bahasa-bahasa Indian: bahasa Eskimo, Maya Sioux, Hokan 13.Bahasa-bahasa lain seperti bahasa di Papua, Australia dan Kadai. Ciri linguistik abad 19 sebagai berikut: 1)Penelitian bahasa dilakukan terhadap bahasa-bahasa di Eropa, baik bahasa-bahasa Roman maupun nonRoman. 2)Bidang utama penelitian adalah linguistik historis komparatif. Yang diteliti adalah hubungan kekerabatan dari bahasa-bahasa di Eropa untuk mengetahui bahasa-bahasa mana yang berasal dari induk yang sama. Dalam metode komparatif itu diteliti perubahan bunyi kata-kata dari bahasa yang dianggap sebagai induk kepada bahasa yang dianggap sebagai keturunannya. Misalnya perubahan bunyi apa yang terjadi dari kata barang, yang dalam bahasa Latin berbunyi causa menjadi chose dalam bahasa Perancis, dan cosa dalam bahasa Italia dan Spanyol. 3)Pendekatan bersifat atomistis. Unsur bahasa yang diteliti tidak dihubungkan dengan unsur lainnya, misalnya penelitian tentang kata tidak dihubungkan dengan frase atau kalimat. 2. 2. 2 Linguistik Abad 20 Pada abad 20 penelitian bahasa tidak ditujukan kepada bahasa-bahasa Eropa saja, tetapi juga kepada bahasa-bahasa yang ada di dunia seperti di Amerika (bahasa-bahasa Indian), Afrika (bahasa-bahasa Afrika) dan Asia (bahasa-bahasa Papua dan bahasa banyak negara di Asia). Ciri-cirinya: 1)Penelitian meluas ke bahasa-bahasa di Amerika, Afrika, dan Asia. 2)Pendekatan dalam meneliti bersifat strukturalistis, pada akhir abad 20 penelitian yang bersifat fungsionalis juga cukup menonjol. 3)Tata bahasa merupakan bagian ilmu dengan pembidangan yang semakin rumit. Secara garis besar dapat dibedakan atas mikrolinguistik, makro linguistik, dan sejarah linguistik. 4)Penelitian teoretis sangat berkembang. 5)Otonomi ilmiah makin menonjol, tetapi penelitian antardisiplin juga berkembang. 6)Prinsip dalam meneliti adalah deskripsi dan sinkronis Keberhasilan kaum Junggramatiker merekonstruksi bahasa-bahasa proto di Eropa mempengaruhi pemikiran para ahli linguistik abad 20, antara lain Ferdinand de Saussure. Sarjana ini tidak hanya dikenal sebagai bapak linguistik modern, melainkan juga seorang tokoh gerakan strukturalisme. Dalam strukturalisme bahasa dianggap sebagai sistem yang berkaitan (system of relation). Elemen-elemennya seperti kata, bunyi saling berkaitan dan bergantung dalam membentuk sistem tersebut. Beberapa pokok pemikiran Saussure: (1)Bahasa lisan lebih utama dari pada bahasa tulis. Tulisan hanya merupakan sarana yang mewakili ujaran. (2)Linguistik bersifat deskriptif, bukan preskriptif seperti pada tata bahasa tradisional. Para ahli linguistik bertugas mendeskripsikan bagaimana orang berbicara dan menulis dalam bahasanya, bukan memberi keputusan bagaimana seseorang seharusnya berbicara. (3)Penelitian bersifat sinkronis bukan diakronis seperti pada linguistik abad 19. Walaupun bahasa berkembang dan berubah, penelitian dilakukan pada kurun waktu tertentu. (4)Bahasa merupakan suatu sistem tanda yang bersisi dua, terdiri dari signifiant (penanda) dan signifie (petanda). Keduanya merupakan wujud yang tak terpisahkan, bila salah satu berubah, yang lain juga berubah. (5)Bahasa formal maupun nonformal menjadi objek penelitian. (6)Bahasa merupakan sebuah sistem relasi dan mempunyai struktur. (7)Dibedakan antara bahasa sebagai sistem yang terdapat dalam akal budi pemakai bahasa dari suatu kelompok sosial (langue) dengan bahasa sebagai manifestasi setiap penuturnya (parole). (8)Dibedakan antara hubungan asosiatif dan sintagmatis dalam bahasa. Hubungan asosiatif atau paradigmatis ialah hubungan antarsatuan bahasa dengan satuan lain karena ada kesamaan bentuk atau makna. Hubungan sintagmatis ialah hubungan antarsatuan pembentuk sintagma dengan mempertentangkan suatu satuan dengan satuan lain yang mengikuti atau mendahului. Gerakan strukturalisme dari Eropa ini berpengaruh sampai ke benua Amerika. Studi bahasa di Amerika pada abad 19 dipengaruhi oleh hasil kerja akademis para ahli Eropa dengan nama deskriptivisme. Para ahli linguistik Amerika mempelajari bahasa-bahasa suku Indian secara deskriptif dengan cara menguraikan struktur bahasa. Orang Amerika banyak yang menaruh perhatian pada masalah bahasa. Thomas Jefferson, presiden Amerika yang ketiga (1801-1809), menganjurkan agar supaya para ahli linguistik Amerika mulai meneliti bahasa-bahasa orang Indian. Seorang ahli linguistik Amerika bemama William Dwight Whitney (1827-1894) menulis sejumlah buku mengenai bahasa, antara lain Language and the Study of Language (1867). Tokoh linguistik lain yang juga ahli antropologi adalah Franz Boas (1858-1942). Sarjana ini mendapat pendidikan di Jerman, tetapi menghabiskan waktu mengajar di negaranya sendiri. Karyanya berupa buku Handbook of American Indian languages (1911-1922) ditulis bersama sejumlah koleganya. Di dalam buku tersebut terdapat uraian tentang fonetik, kategori makna dan proses gramatikal yang digunakan untuk mengungkapkan makna. Pada tahun 1917 diterbitkan jurnal ilmiah berjudul International Journal of American Linguistics. Pengikut Boas yang berpendidikan Amerika, Edward Sapir (1884-1939), juga seorang ahli antropologi dinilai menghasilkan karya-karya yang sangat cemerlang di bidang fonologi. Bukunya, Language (1921) sebagian besar mengenai tipologi bahasa. Sumbangan Sapir yang patut dicatat adalah mengenai klasifikasi bahasa-bahasa Indian. Pemikiran Sapir berpengaruh pada pengikutnya, L. Bloomfield (1887-1949), yang melalui kuliah dan karyanya mendominasi dunia linguistik sampai akhir hayatnya. Pada tahun 1914 Bloomfield menulis buku An Introduction to Linguistic Science. Artikelnya juga banyak diterbitkan dalam jurnal Language yang didirikan oleh Linguistic Society of America tahun 1924. Pada tahun 1933 sarjana ini menerbitkankan buku Language yang mengungkapkan pandangan behaviorismenya tentang fakta bahasa, yakni stimulus-response atau rangsangan-tanggapan. Teori ini dimanfaatkan oleh Skinner (1957) dari Universitas Harvard dalam pengajaran bahasa melalui teknik drill. Dalam bukunya Language, Bloomfield mempunyai pendapat yang bertentangan dengan Sapir. Sapir berpendapat fonem sebagai satuan psikologis, tetapi Bloomfield berpendapat fonem merupakan satuan behavioral. Bloomfield dan pengikutnya melakukan penelitian atas dasar struktur bahasa yang diteliti, karena itu mereka disebut kaum strukturalisme dan pandangannya disebut strukturalis. Bloomfield beserta pengikutnya menguasai percaturan linguistik selama lebih dari 20 tahun. Selama kurun waktu itu kaum Bloomfieldian berusaha menulis tata bahasa deskriptif dari bahasa-bahasa yang belum memiliki aksara. Kaum Bloomfieldian telah berjasa meletakkan dasar-dasar bagi penelitian linguistik di masa setelah itu. Bloomfield berpendapat fonologi, morfologi dan sintaksis merupakan bidang mandiri dan tidak berhubungan. Tata bahasa lain yang memperlakukan bahasa sebagai sistem hubungan adalah tata bahasa stratifikasi yang dipelopori oleh S.M. Lamb. Tata bahasa lainnya yang memperlakukan bahasa sebagai sistem unsur adalah tata bahasa tagmemik yang dipelopori oleh K. Pike. Menurut pendekatan ini setiap gatra diisi oleh sebuah elemen. Elemen ini bersama elemen lain membentuk suatu satuan yang disebut tagmem. Murid Sapir lainnya, Zellig Harris, mengaplikasikan metode strukturalis ke dalam analisis segmen bahasa. Sarjana ini mencoba menghubungkan struktur morfologis, sintaktis, dan wacana dengan cara yang sama dengan yang dilakukan terhadap analisis fonologis. Prosedur penelitiannya dipaparkan dalam bukunya Methods in Structural Linguistics (1951). Ahli linguistik yang cukup produktif dalam membuat buku adalah Noam Chomsky. Sarjana inilah yang mencetuskan teori transformasi melalui bukunya Syntactic Structures (1957), yang kemudian disebut classical theory. Dalam perkembangan selanjutnya, teori transformasi dengan pokok pikiran kemampuan dan kinerja yang dicetuskannya melalui Aspects of the Theory of Syntax (1965) disebut standard theory. Karena pendekatan teori ini secara sintaktis tanpa menyinggung makna (semantik), teori ini disebut juga sintaksis generatif (generative syntax). Pada tahun 1968 sarjana ini mencetuskan teori extended standard theory. Selanjutnya pada tahun 1970, Chomsky menulis buku generative semantics; tahun 1980 government and binding theory; dan tahun 1993 Minimalist program. III. Paradigma Kata paradigma diperkenalkan oleh Thomas Khun pada sekitar abad 15. Paradigma adalah prestasi ilmiah yang diakui pada suatu masa sebagai model untuk memecahkan masalah ilmiah dalam kalangan tertentu. Paradigma dapat dikatakan sebagai norma ilmiah. Contoh paradigma yang mulai tumbuh sejak zaman Yunani tetapi pengaruhnya tetap terasa sampai zaman modern ini adalah paradigma Plato dan paradigma Aristoteles. Paradigma Plato berintikan pendapat Plato bahwa bahasa adalah physei atau mirip dengan realitas, disebut juga non-arbitrer atau ikonis. Paradigma Aristoteles berintikan bahwa bahasa adalah thesei atau tidak mirip dengan realitas, kecuali onomatope, disebut arbitrer atau non-ikonis. Kedua paradigma ini saling bertentangan, tetapi dipakai oleh peneliti dalam memecahkan masalah bahasa, misalnya tentang hakikat tanda bahasa. Pada masa tertentu paradigma Plato banyak digunakan ahli bahasa untuk memecahkan masalah linguistik. Penganut paradigma Plato ini disebut kaum naturalis. Mereka menolak gagasan kearbitreran. Pada masa tertentu lainnya paradigma Aristoteles digunakan mengatasi masalah linguistik. Penganut paradigma Aristoteles disebut kaum konvensionalis. Mereka menerima adanya kearbiteran antara bahasa dengan realitas. Pertentangan antara kedua paradigma ini terus berlangsung sampai abad 20. Di bidang linguistik dan semiotika dikenal tokoh Ferdinand de Saussure sebagai penganut paradigma .Aristoteles dan Charles S. Peirce sebagai penganut paradigma Plato. Mulai dari awal abad 19 sampai tahun 1960-an paradigma Aristoteles yang diikuti Saussure yang berpendapat bahwa bahasa adalah sistem tanda yang arbitrer digunakan dalam memecahkan masalah-masalah linguistik. Tercatat beberapa nama ahli linguistik seperti Bloomfield dan Chomsky yang dalam pemikirannya menunjukkan pengaruh Saussure dan paradigma Aristoteles. Menjelang pertengahan tahun 60-an dominasi paradigma Aristoteles mulai digoyahkan oleh paradigma Plato melalui artikel R. Jakobson "Quest for the Essence of Language" (1967) yang diilhami oleh Peirce. Beberapa nama ahli linguistik seperti T. Givon, J. Haiman, dan W. Croft tercatat sebagai penganut paradigma Plato. IV. Cakupan dan Kemaknawian Ilmu Bahasa Secara umum, bidang ilmu bahasa dibedakan atas linguistik murni dan linguistik terapan. Bidang linguistik murni mencakup fonetik, fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Sedangkan bidang linguistik terapan mencakup pengajaran bahasa, penerjemahan, leksikografi, dan lain-lain. Beberapa bidang tersebut dijelaskan dalam sub-bab berikut ini. 4. 1 Fonetik Fonetik mengacu pada artikulasi bunyi bahasa. Para ahli fonetik telah berhasil menentukan cara artikulasi dari berbagai bunyi bahasa dan membuat abjad fonetik internasional sehingga memudahkan seseorang untuk mempelajari dan mengucapkan bunyi yang tidak ada dalam bahasa ibunya. Misalnya dalam bahasa Inggris ada perbedaan yang nyata antara bunyi tin dan thin, dan antara they dan day, sedangkan dalam bahasa Indonesia tidak. Dengan mempelajari fonetik, orang Indonesia akan dapat mengucapkan kedua bunyi tersebut dengan tepat. Abjad fonetik internasional, yang didukung oleh laboratorium fonetik, departemen linguistik, UCLA, penting dipelajari oleh semua pemimpin, khususnya pemimpin negara. Dengan kemampuan membaca abjad fonetik secara tepat, seseorang dapat memberikan pidato dalam ratusan bahasa. Misalnya, jika seorang pemimpin di Indonesia mengadakan kunjungan ke Cina, ia cukup meminta staf-nya untuk menerjemahkan pidatonya ke bahasa Cina dan menulisnya dengan abjad fonetik, sehingga ia dapat memberikan pidato dalam bahasa Cina dengan ucapan yang tepat. Salah seorang pemimpin yang telah memanfaatkan abjad fonetik internasional adalah Paus Yohanes Paulus II. Ke negara manapun beliau berkunjung, beliau selalu memberikan khotbah dengan menggunakan bahasa setempat. Apakah hal tersebut berarti bahwa beliau memahami semua bahasa di dunia? Belum tentu, namun cukup belajar fonetik saja untuk mampu mengucapkan bunyi ratusan bahasa dengan tepat. 4. 2 Fonologi Fonologi mengacu pada sistem bunyi bahasa. Misalnya dalam bahasa Inggris, ada gugus konsonan yang secara alami sulit diucapkan oleh penutur asli bahasa Inggris karena tidak sesuai dengan sistem fonologis bahasa Inggris, namun gugus konsonan tersebut mungkin dapat dengan mudah diucapkan oleh penutur asli bahasa lain yang sistem fonologisnya terdapat gugus konsonan tersebut. Contoh sederhana adalah pengucapan gugus ‘ng’ pada awal kata, hanya berterima dalam sistem fonologis bahasa Indonesia, namun tidak berterima dalam sistem fonologis bahasa Inggris. Kemaknawian utama dari pengetahuan akan sistem fonologi ini adalah dalam pemberian nama untuk suatu produk, khususnya yang akan dipasarkan di dunia internasional. Nama produk tersebut tentunya akan lebih baik jika disesuaikan dengan sistem fonologis bahasa Inggris, sebagai bahasa internasional. 4. 3 Morfologi Morfologi lebih banyak mengacu pada analisis unsur-unsur pembentuk kata. Sebagai perbandingan sederhana, seorang ahli farmasi (atau kimia?) perlu memahami zat apa yang dapat bercampur dengan suatu zat tertentu untuk menghasilkan obat flu yang efektif; sama halnya seorang ahli linguistik bahasa Inggris perlu memahami imbuhan apa yang dapat direkatkan dengan suatu kata tertentu untuk menghasilkan kata yang benar. Misalnya akhiran -en dapat direkatkan dengan kata sifat dark untuk membentuk kata kerja darken, namun akhiran -en tidak dapat direkatkan dengan kata sifat green untuk membentuk kata kerja. Alasannya tentu hanya dapat dijelaskan oleh ahli bahasa, sedangkan pengguna bahasa boleh saja langsung menggunakan kata tersebut. Sama halnya, alasan ketentuan pencampuran zat-zat kimia hanya diketahui oleh ahli farmasi, sedangkan pengguna obat boleh saja langsung menggunakan obat flu tersebut, tanpa harus mengetahui proses pembuatannya. 4. 4 Sintaksis Analisis sintaksis mengacu pada analisis frasa dan kalimat. Salah satu kemaknawiannya adalah perannya dalam perumusan peraturan perundang-undangan. Beberapa teori analisis sintaksis dapat menunjukkan apakah suatu kalimat atau frasa dalam suatu peraturan perundang-undangan bersifat ambigu (bermakna ganda) atau tidak. Jika bermakna ganda, tentunya perlu ada penyesuaian tertentu sehingga peraturan perundang-undangan tersebut tidak disalahartikan baik secara sengaja maupun tidak sengaja. 4. 5 Semantik Kajian semantik membahas mengenai makna bahasa. Analisis makna dalam hal ini mulai dari suku kata sampai kalimat. Analisis semantik mampu menunjukkan bahwa dalam bahasa Inggris, setiap kata yang memiliki suku kata ‘pl’ memiliki arti sesuatu yang datar sehingga tidak cocok untuk nama produk/benda yang cekung. Ahli semantik juga dapat membuktikan suku kata apa yang cenderung memiliki makna yang negatif, sehingga suku kata tersebut seharusnya tidak digunakan sebagai nama produk asuransi. Sama halnya dengan seorang dokter yang mengetahui antibiotik apa saja yang sesuai untuk seorang pasien dan mana yang tidak sesuai. 4. 6 Pengajaran Bahasa Ahli bahasa adalah guru dan/atau pelatih bagi para guru bahasa. Ahli bahasa dapat menentukan secara ilmiah kata-kata apa saja yang perlu diajarkan bagi pelajar bahasa tingkat dasar. Para pelajar hanya langsung mempelajari kata-kata tersebut tanpa harus mengetahui bagaimana kata-kata tersebut disusun. Misalnya kata-kata dalam buku-buku Basic English. Para pelajar (dan guru bahasa Inggris dasar) tidak harus mengetahui bahwa yang dimaksud Basic adalah B(ritish), A(merican), S(cientific), I(nternational), C(ommercial), yang pada awalnya diolah pada tahun 1930an oleh ahli linguistik C. K. Ogden. Pada masa awal tersebut, Basic English terdiri atas 850 kata utama. Selanjutnya, pada tahun 1953, Michael West menyusun General Service List yang berisikan dua kelompok kata utama (masing-masing terdiri atas 1000 kata) yang diperlukan oleh pelajar untuk dapat berbicara dalam bahasa Inggris. Daftar tersebut terus dikembangkan oleh berbagai universitas ternama yang memiliki jurusan linguistik. Pada tahun 1998, Coxhead dari Victoria University or Wellington, berhasil menyelesaikan suatu proyek kosakata akademik yang dilakukan di semua fakultas di universitas tersebut dan menghasilkan Academic Wordlist, yaitu daftar kata-kata yang wajib diketahui oleh mahasiswa dalam membaca buku teks berbahasa Inggris, menulis laporan dalam bahasa Inggris, dan tujuannya lainnya yang bersifat akademik. Proses penelitian hingga menjadi materi pelajaran atau buku bahasa Inggris yang bermanfaat hanya diketahui oleh ahli bahasa yang terkait, sedangkan pelajar bahasa dapat langung mempelajari dan memperoleh manfaatnya. Sama halnya dalam ilmu kedokteran, proses penelitian hingga menjadi obat yang bermanfaat hanya diketahui oleh dokter, sedangkan pasien dapat langsung menggunakannya dan memperoleh manfaatnya. 4. 7 Leksikografi Leksikografi adalah bidang ilmu bahasa yang mengkaji cara pembuatan kamus. Sebagian besar (atau bahkan semua) sarjana memiliki kamus, namun mereka belum tentu tahu bahwa penulisan kamus yang baik harus melalui berbagai proses. Dua nama besar yang mengawali penyusunan kamus adalah Samuel Johnson (1709-1784) dan Noah Webster (1758-1843). Johnson, ahli bahasa dari Inggris, membuat Dictionary of the English Language pada tahun 1755, yang terdiri atas dua volume. Di Amerika, Webster pertama kali membuat kamus An American Dictionary of the English Language pada tahun 1828, yang juga terdiri atas dua volume. Selanjutnya, pada tahun 1884 diterbitkan Oxford English Dictionary yang terdiri atas 12 volume. Saat ini, kamus umum yang cukup luas digunakan adalah Oxford Advanced Learner’s Dictionary. Mengapa kamus Oxford? Beberapa orang mungkin secara sederhana akan menjawab karena kamus tersebut lengkap dan cukup mudah dimengerti. Tidak banyak yang tahu bahwa (setelah tahun 1995) kamus tersebut ditulis berdasarkan hasil analisis British National Corpus yang melibatkan cukup banyak ahli bahasa dan menghabiskan dana universitas dan dana negara yang jumlahnya cukup besar. Secara umum, definisi yang diberikan dalam kamus tersebut seharusnya dapat mudah dipahami oleh pelajar karena semua entri dalam kamus tersebut hanya didefinisikan oleh sekelompok kosa kata inti. Bagaimana kosa-kata inti tersebut disusun? Tentu hanya ahli bahasa yang dapat menjelaskannya, sedangkan para sarjana dan pelajar dapat langsung saja menikmati dan menggunakan berbagai kamus Oxford yang ada dipasaran. V. Penutup Penelitian bahasa sudah dimulai sejak abad ke 6 SM, bahkan perpustakaan besar yang menjadi pusat penelitian bahasa dan kesusastraan sudah dibangun sejak awal abad 3 SM di kota Alexandria. Kamus bahasa Inggris, Dictionary of the English Language, yang terdiri atas dua volume, pertama kali diterbitkan pada tahun 1755; dan pada tahun 1884 telah diterbitkan Oxford English Dictionary yang terdiri atas 12 volume. Antara 1820-1870 para ahli linguistik berhasil membangun hubungan sistematis di antara bahasa-bahasa Roman berdasarkan struktur fonologis dan morfologisnya. Salah satu buku awal yang menjelaskan mengenai ilmu bahasa adalah buku An Introduction to Linguistic Science yang ditulis oleh Bloomfield pada tahun 1914. Jurnal ilmiah internasional ilmu bahasa, yang berjudul International Journal of American Linguistics, pertama kali diterbitkan pada tahun 1917. Ilmu bahasa terus berkembang dan semakin memainkan peran penting dalam dunia ilmu pengetahuan. Hal ini dibuktikan dengan semakin majunya program pascasarjana bidang linguistik di berbagai universitas terkemuka (UCLA, MIT, Oxford, dll). Buku-buku karya ahli bahasa pun semakin mendapat perhatian. Salah satu buktinya adalah buku The Comprehensive Grammar of the English Langauge, yang terdiri atas 1778 halaman, yang acara peluncurannya di buka oleh Margareth Thatcher, pada tahun 1985. Respon yang luar biasa terhadap buku tersebut membuatnya dicetak sebanyak tiga kali dalam tahun yang sama. Buku tata bahasa yang terbaru, The Cambridge Grammar of the English Language, tahun 2002, yang terdiri atas 1842 halaman, ditulis oleh para ahli bahasa yang tergabung dalam tim peneliti internasional dari lima negara. Pustaka Acuan Robins, R.H. 1990. A Short History of Linguistics. London: Longman. Fromkin, Victoria & Robert Rodman. 1998. An Introduction to Language (6th Edition). Orlando: Harcourt Brace College Publishers. Hornby, A.S. 1995. Oxford Advanced Learner’s Dictionary (5th edition). Oxford: Oxford University Press. Matthews, Peter. 1997. The Concise Oxford Dictionary of Linguistics. Oxford: Oxford University Press.

Read more

SEJARAH DAN ALIRAN LINGUISTIK

Written by Mas Tri Posted in:

Monday, March 22, 2010 12:45:26 PM
Momogunology Club

Studi linguistik telah mengalami 3 tahap perkembangan, yaitu: �� Spekulasi: pernyataan-pernyataan tentang bahasa tidak didasarkan pada data empiris melainkan pada dongeng/rekaan belaka. �� Klasifikasi dan Observasi: mengadakan pengamatan, penggolongan terhadap bahasa-bahasa yang diselidiki. �� Perumusan teori: pembuatan teori-teorinya. Dalam sejarah perkembangannya linguistik dipenuhi dengan berbagai aliran paham, pendekatan, dan teknik penyelidikan yang sangat ruwet. Berikut ini akan dibicarakan sejarah, perkembangan, paham, dan beberapa aliran linguistik dari jaman purba sampai jaman mutakhir secara sangat singkat. 1. LINGUISTIK TRADISIONAL Linguistik tradisional sering dipertentangkan dengan tata bahasa struktural, bedanya tata bahasa tradisional menganalisis bahasa pada filsafat dan semantik sedangkan tata bahasa struktural berdasarkan struktur/ciri formal yang ada pada suatu bahasa tertentu. Bagaimana terbentuknya tata bahasa tradisional akan dibicarakan berikut ini: A. Linguistik Zaman Yunani (abad ke 5 SM – bad ke 2 SM) Yang menjadi pertentangan saat itu adalah: �� Pertentangan antara fisis dan nomos. Bersifat fisis maksudnya bahasa itu mempuyai hubungan asal-usul, sumber dalam prinsip-prinsip abadi dan tidak dapat diganti diluar manusia itu sendiri, konvensional artinya, makna-makna kata itu diperoleh dari hasil-hasil tradisi/kebiasaan. �� Pertentangan analogi dan anomali. Kaum analogi (Plato dan Aristoteles) berpendapat bahwa bahasa bersifat teratur, analogi sejalan dengan kaum naturalis, sedangkan anomali berpendapat bahwa bahasa itu tidak teratur. Kaum anomali sejalan dengan koum konvensional. Kaum/tokoh pada jaman Yunani: a. Kaum Sophis (abad ke 5 SM) Mereka dikenal karena: �� Mereka melakukan kerja secara empiris, �� Melakukan kerja secara pasti dengan menggunakan ukuran tertentu, �� Mementingkan bidang retorika dalam studi bahasa, �� Membedakan tipe-tipe kalimat berdasarkan isi dan makna. Tokohnya: Protogoras membagi kalimat menjadi kalimat narasi, kalimat tanya, kalimat jawab, kalimat perintah, kalimat laporan, doa dan undangan. Gregorias membicarakan tata bahasa. b. Plato (429 – 347 SM) �� Memperdebatkan analogi dan anomali dalam bukunya Dialoag. Juga mengemukakan masalah bahasa alamiah dan konvensional. �� Dia menyodorkan batasan bahasa yang bunyinya kira-kira bahasa adalah
pernyataan pikiran manusia dengan perencanaan anomata dan rhemata. �� Dialah orang yang pertamakali membedakan kata anoma dan rhema. Anoma (anomata): �� Nama (dalam bahasa sehari-hari) �� Nomina (dalam istilah tata bahasa) �� Subjek (dalam hubungan subjek logis) Rhema (Rhemata): �� Ucapan (dalam bahasa sehari-hari) �� Verba (dalam istilah tata bahasa) �� Predikat (dalam hubungan predikat logis) c. Aristoteles (384 – 322 SM) �� Membagi kata dalam 3 kelas kata, yaitu anoma, rhema, dan syndesmoi. Yang dimaksud syndesmoi adalah kata-kata yang lebih banyak bertugas dalam hubungan sintaksis. Syndesmoi itu lebih kurang sama dengan preposisi dan konjungsi yang sekarang kita kenal. �� Membedakan jenis kelamin kata (gender) menjadi 3 yaitu maskulin, feminin, dan neutrum. d. Kaum Stoik (abad ke – 4 SM) �� Membedakan studi bahasa secara logika dan studi bahasa secara tata bahasa. �� Menciptakan istilah khusus dalam studi bahasa. �� Membedakan 3 komponen utama dari studi bahasa, yaitu 1) tanda, simbol, sign, atau semainon, 2) makna, apa yang disebut smainomen/lekton, 3) hal-hal di luar bahasa yakni benda-benda/situasi. �� Mereka membedakan legein, yaitu bunyi yang merupakan bagian fonologi tetapi tidak bermakna dan propheretal yaitu ucapan bunyi bahasa yang mengandung makna. �� Mereka membagi jenis kata menjadi empat yaitu kata benda, kata kerja, syndesmoi, dan arthoron yaitu kata-kata yang menyatakan jenis kelamin dan jumlah. �� Membedakan kata kerja komplek dan kata kerja tak komplek. Serta kata kerja aktif dan pasif. e. Kaum Alexandrian Kaum ini menganut paham analogi dalam studi bahasa, menghasilkan buku tata bahasa yang disebut Tata Bahasa Dionysius Thrax dan diterjemahkan oleh Remmius Palaemon dengan judul Ars Grammatika. Buku inilah yang kemudian dijadikan model dalam penyusunan buku tata bahasa Eropa lainnya. Karena sifatnya mentradisi maka buku-buku tata bahasa kini disebut dengan nama tata bahasa tradisional. Jadi, cikal bakal tata bahasa tradisional itu berasal dari buku Dionysius Thrax. Di India pada tahun 400 SM Panini seorang sarjana Hindu membuat buku dengan judul Adtdyasi merupakan deskripsi lengkap bahasa Sansekerta yang pertama kali ada. Oleh karena itu Leonard Bloomfield, tokoh linguis struktural Amerika menyebut Panini sebagai One of The Greatest Monuments of The Human Intelligence. B. Zaman Romawi Merupakan kelanjutan dari jaman Yunani. Tokoh pada jaman Romawi yang terkenal antara lain, Varro (116 – 27 SM) dengan karyanya, De Lingua Latina dan Priscia dengan karyanya Institutiones Grammaticae. a. Varro dan "De Lingua Latina" Dalam buku ini Varro masih membahas masalah analogi dan anomali seperti pada jaman Stoik di Yunani. Dibagi dalam bidang-bidang etimologi, morfologi, sintaksis. b. Tata bahasa Priscia Dianggap sangat penting karena: �� Merupakan buku tata bahasa Latin paling lengkap yang dituturkan pembicara aslinya. �� Teori-teori tata bahasa yang merupakan tonggak-tonggak utama pembicaraan bahasa secara tradisional. Segi yang dibicarakan dari buku itu adalah: (i) fonologi dibicarakan mengenai huruf/tulisan yang disebut literae/bagian terkecil dari bumi yang dapat dituliskan, (ii) morfologi dibicarakan mengenai dictio/kata, (iii) sintaksis dibicarakan mengenai oratio yaitu tata susunan kata yang berselaras dan menunjukkan kalimat itu selesai. Buku Institutiones Grammaticae ini telah menjadi dasar tata bahasa Latin dan filsafat zaman pertengahan. C. Zaman Pertengahan Studi bahasa pada zaman pertengahan mendapat perhatian penuh terutama oleh para filsuf skolastik. Yang patut dibicarakan dalam studi bahasa antara lain adalah peranan: a. Kaum Modistae �� Mereka menerima analogi karena menurut mereka bahasa itu bersifat reguler dan universal. �� Mereka memperhatikan secara penuh akan semantik sebagai penyebutan definisi bentuk-bentuk bahasa. �� Mereka mencari sumber makna, maka dengan demikian berkembanglah bidang etimologi pada zaman itu. b. Tata Bahasa Spekulativa Merupakan hasil integrasi deskripsi gramatikal bahasa Latin ke dalam filsafat skolastik. c. Petrus Hispanus �� Memasukkan psikologi dalam analisis makna bahasa. �� Membedakan nomen atas dua macam yaitu nomen substantivum dan nomen edjektivum. �� Membedakan semua bentuk yang menjadi subjek/predikat dan bentuk tutur lainnya. D. Zaman Renaisans Zaman Renaisans dianggap sebagai zaman pembukaan abad pemikiran abad modern. Dalam sejarah studi bahasa ada dua hal pada jaman renaisans ini yang menonjol yang perlu dicatat. 1) Sarjana-sarjana pada waktu itu menguasai bahasa Latin, Ibrani, dan Arab, 2) Bahasa Eropa lainnya juga mendapat perhatian dalam bentuk pembahasaan, penyusunan tata bahasa, dan perbandingan. E. Menjelang Lahirnya Linguistik Modern Sejak awal buku ini sudah menyebut-nyebut bahwa Ferdinand de Saussure dianggap sebagai Bapak Linguistik Modern. Diawali dengan pernyataan Sir William tentang adanya hubungan kekerabatan antara bahasa Sansekerta dengan bahasa-bahasa Yunani, Latin, dan bahasa Jerman lainnya telah membuka babak baru sejarah linguistik, yakni dengan berkembangnya studi linguistik bandingan atau linguistik historis komparatif, serta studi mengenai hakekat bahasa secara linguistik terlepas dari masalah filsafat Yunani kuno. Bila kita simpulkan pembicaraan mengenai linguistik tradisional dapat dikatakan bahwa: a) Pada tata bahasa tradisional ini tidak dikenal adanya perbedaan antara bahasa ujaran dengan bahasa tulisan. Oleh karena itu, deskripsi bahasa hanya bertumpu pada tulisan. b) Bahasa yang disusun tata bahasanya dideskripsikan dengan mengambil patokan-patokan dari bahasa lain, terutama bahasa Latin. c) Kaidah-kaidah bahasa dibuat secara perspektif, yakni benar/salah. d) Persoalan kebahasaan seringkali dideskripsikan dengan melibatkan logika. e) Penemuan-penemuan terdahulu cenderung untuk selalu dipertahankan. 2. LINGUISTIK STRUKTURALIS Linguistik strukturalis berusaha mendeskripsikan suatu bahasa berdasarkan ciri yang dimiliki bahasa itu. Tokoh-tokohnya: A. Ferdinand de Saussure 1) Telaah sinkronik (mempelajari bahasa dalam kurun waktu tertentu saja) dan diakronik (telaah bahasa sepanjang masa), 2) Perbedaan langue dan parloe. Lague yaitu keseluruhan sistem tanda yang berfungsi sebagai alat komunikasi verbal antara para anggota suatu masyarakat bahasa, sifatnya abstrak. Sedangkan parloe sifatnya konkret karena parloe tidak lain daripada realitas fisis yang berbeda dari yang satu dengan orang lain. 3) Perbedaan signifian dan signifie. Signifian adalah citra bunyi atau kesan psikologis bunyi yang timbul dalam alam pikiran (bentuk), signifie adalah pengertian atau kesan makna yang ada dalam pikiran kita (makna). 4) Hubungan sintagmatik dan paradigmatik. Yang dimaksud dengan hubungan sintagmatik adalah hubungan antara unsur-unsur yang terdapat dalam suatu tuturan, yang tersusun secara berurutan, bersifat linear. Hubungan paradigmatik adalah hubungan antara unsur-unsur yang terdapat dalam suatu tuturan dengan unsur-unsur sejenis yang tidak terdapat dalam tuturan yang bersangkutan. B. Aliran Praha Sumbangan aliran ini dalam dalam bidang fonologis (mempelajari fungsi bunyi tersebut dalam suatu sistem) dan bidang sintaksis dengan menelaah kalimat melalui pendekatan fungsional. C. Aliran Glosematik Aliran Glosematik lahiran Denmark. Tokohnya Louis Hjemslev yang meneruskan ajaran Ferdinand de Saussure. Namanya menjadi terkenal karena usahanya untuk membuat ilmu bahasa menjadi ilmu yang berdiri sendiri, bebas dari ilmu lain, dengan peralatan, metodologis, dan terminologis sendirian. D. Aliran Firthian Nama John R. Firth terkenal karena teorinya mengenai fonolofi prosodi. Fonologi prosodi adalah suatu cara untuk menentukan arti pada tataran fonetis. E. Linguistik Sistemik Pokok pandangan aliran ini adalah: �� SL memberikan perhatian penuh pada segi kemasyarakatan bahasa. �� SL memandang bahasa sebagai pelaksana. �� SL mengutamakan pemerian ciri-ciri bahasa tertentu beserta variasinya. �� SL mengenal adanya gradasi/kontinum. �� SL menggambarkan tiga tataran utama bahasa. F. Leonard Bloomfield dan Strukturalis Amerika Disebut aliran Bloomfield karena bermula dari gagasan Bloomfield. Disebut aliran taksonomi karena aliran ini menganalisis dan mengklasifikasikan unsur-unsur bahasa berdasarkan hubungan hierarkinya. G. Aliran Tagmemik Dipelopori oleh Kenneth L. Pike yang mewarisi pandangan Bloomfield. Menurut aliran ini satuan dasar dari sintaksis adalah tagmem (susunan). Tagmem ini tidak dapat dinyatakan dengan fungsi-fungsi saja. Seperti subjek + predikat + objek dan tidak dapat dinyatakan dengan bentuk-bentuk saja, seperti frase benda + frase kerja + frase benda, melainkan harus diungkapkan kesamaan dan rentetan rumus seperti: S : FN + P : FN + O : FN Fungsi subjek diisi oleh frase nominal diikuti oleh fungsi predikat yang diisi oleh frase verbal dan diikuti pula oleh fungsi objek yang diisi oleh frase nominal. 3. LINGUISTIK TRANSFORMASIONAL DAN ALIRAN-ALIRAN SESUDAHNYA Dunia ilmu, termasuk linguistik bukan merupakan kegiatan yang statis melainkan merupakan kegiatan yang dinamis, berkembang terus sesuai dengan filsafat ilmu itu sendiri yang selalu ingin mencari kebenaran yang hakiki. Kemudian orang pun merasa bahwa model struktural itu banyak kelemahannya, sehingga orang mencoba merevisi model struktural. Berikut model-modelnya: A. Tata Bahasa Transformasi Tata bahasa transformasi berusaha mendeskripsikan ciri-ciri kesemestaan bahasa. Lalu karena pada mulanya teori tata bahasa ini dipakai untuk mendeskripsikan kaidah-kaidah bahasa Inggris, maka kemudian ketika para pengikut teori ini mencoba untuk menggunakannya terhadap bahasa-bahasa lain, timbullah berbagai masalah. Apa yang tadinya sudah dianggap universal ternyata tidak universal. Oleh karena itu usaha perbaikan mulai dilakukan. B. Semantik Generatif Menurut teori generatif semantik, struktur semantik dan struktur sintaksis bersifat homogen, dan untuk menghubungkan kedua struktur itu cukup hanya dengan kaidah transformasi saja. Menurut semantik generatif, sudah seharusnya semantik dan sintaksis diselidiki bersama sekaligus karena keduanya adalah satu C. Tata Bahasa Kasus Dalam karangannya yang terbit tahun 1968 itu Fillmore membagi kalimat atas: (1) Modalitas, yang bisa berupa unsur negasi, kala, aspek, dan adverbia; dan (2) Proposisi, yang terdiri dari sebuah verba disertai dengan sejumlah kasus. D. Tata Bahasa Relasional Tokohnya David M. Perlmutter dan Paul M. Postal. Tata bahasa relasional (TR) banyak menyerang tata bahasa transformasi (TT), karena menganggap teori-teori TT itu tidak dapat diterapkan pada bahasa-bahasa lain selain bahasa Inggris. Menurut teori bahasa relasional, setiap struktur klausa terdiri dari jaringan relasional (relational network) yang melibatkan tiga macam wujud yaitu: (a) Seperangkat simpai (nodes) yang menampilkan elemen-elemen di dalam suatu struktur; (b) Seperangkat tanda relasional (relational sign) yang merupakan nama relasi gramatikal yang disandang oleh elemen-elemen itu dalam hubungannya dengan elemen lain; (c) Seperangkat "coordinates" yang dipakai untuk menunjukkan pada tatara yang manakah elemen-elemen itu menyandang relasi gramatikal tertentu terhadap elemen yang lain. 4. TENTANG ALIRAN DI INDONESIA A. Pada akhir abad ke – 19 dan awak abad ke 20 pemerintah kolonial sangat membutuhkan informasi mengenai bahasa-bahasa yang ada di bumi Indonesia untuk melancarkan jalannya. Pemerintah kolonial di Indonesia sesuai dengan masanya, penelitian bahasa-bahasa daerah itu baru sampai pada tahap deskripsi sederhana mengenai sistem fonologi, morfologi, sintaksis, serta pencatatan butir-butir leksikal beserta terjemahan maknanya dalam bahasa Belanda atau bahasa Eropa lainnya, dalam bentuk kamus. B. Konsep-konsep linguistik modern seperti yang dikembangkan oleh Ferdinand de Saussure sudah bergema sejak awal abad XX. Namun tampaknya gema linguistik modern itu baru tiba di Indonesia pada akhir sekali tahun lima puluhan kiranya sejak kepulangan sejumlah linguis Indonesia dari Amerika Serikat seperti Anton M Moeliono dan T. W. Kamil. Kedua beliau inilah yang pertama-tama mengenalkan konsep fonem, morfem, frasa, dan klausa dalam pendidikan formal linguistik di Indonesia. Perkenalan dengan konsep-konsep linguistik ini menimbulkan pertentangan karena konsep-konsep linguitik tradisional yang sudah mendarah daging tidak begitu saja dapat diatasi. Perkembangan waktu jualah yang kemudian menyebabkan konsep-konsep linguistik modern dapat diterima. C. Sejalan dengan perkembangan dan makin semaraknya studi linguistik, yang tentu saja dibarengi dengan bermunculannya linguis-lingui Indonesia, baik yang tamatan luar negeri maupun dalam negeri, pada tanggal 15 November tahun 1975, atas prakarsa sejumlah linguis senior, berdirilah organisasi kelinguistikan yang diberi nama Masyarakat Linguistik Indonesia (MLI). Anggotanya adalah para linguis yang kebanyakan bertugas sebagai pengajar di perguruan tinggi negeri atau swasta dan di lembaga-lembaga penelitian kebahasaan. D. Penyelidikan terhadap bahasa-bahasa daerah Indonesia dan bahasa nasional Indonesia, banyak pula dilakukan orang di luar Indonesia. E. Sesuai dengan fungsinya sebagai bahasa nasional, bahasa persatuan, dan bahasa negara, maka bahasa Indonesia tampaknya menduduki tempat sentral dalam kajian linguistik dewasa ini, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Pelbagai segi dan aspek bahasa telah dan masih menjadi kajian yang dilakukan oleh banyak pakar dengan menggunakan pelbagai teori dan pendekatan sebagai dasar analisis. Secara nasional bahasa Indonesia telah mempunyai buku tata bahasa baku dan sebuah kamus besar yang disusun oleh para pakar yang handal. Source: http://cakrabuwana.files.wordpress.com/2008/09/paijo-bab-viii1.pdf

Read more

1. PEMBELAJARAN HANYA PADA BUKU PAKET.
Di indonesia telah berganti beberapa kurikulum dari KBK menjadi KTSP. Hampir setiap menteri mengganti kurikulum lama dengan kurikulum yang baru. Namun adakah yang berbeda dari kondisi pembelajaran di sekolah-sekolah? TIDAK. Karena pembelajaran di sekolah sejak jaman dulu masih memakai KURIKULUM BUKU PAKET. Sejak era 60-70an, Pembelajaran di kelas tidak jauh berbeda dengan sebelumnya. Apapun kurikulumnya, guru hanya mengenal buku paket. Materi dalam buku paketlah yang menjadi “ACUAN” pengajaran guru. Sebagian Guru Tidak pernah mencari sumber refrensi lain sebagai acuan belajar. 2. PEMBELAJARAN DENGAN METODE CERAMAH.
Metode pembelajaran yang menjadi favorit guru mungkin hanya satu, yaitu metode berceramah. Karena berceramah itu mudah dan ringan, tanpa modal, tanpa tenaga, tanpa persiapan yang rumit, Metode ceramah menjadi metode terbanyak yang diapakai guru karena memang hanya itulah metode yang benar-benar di kuasai sebagain besar guru. Pernahkah guru mengajak anak berkeliling sekolahnya untuk belajar ? Pernahkah guru membawa siswanya melakukan percobaan di alam lingkungan sekitar ? Atau pernahkah guru membawa seorang ilmuwan langsung datang di kelas untuk menjelaskan profesinya? mungkin hanya satu alasannya, yaitu Biaya/dana.
3. KURANGNYA SARANA BELAJAR.
Sebenarnya, perhatian pemerintah itu sudah cukup, namun masih kurang cukup. Pemerintah yang semangat memberikan pelatihan pengajaran yang PAIKEM (dulunya PAKEM) tanpa memberikan pelatihan yang benar-benar memberi dampak dan pengaruh. Malah sebaliknya, pelatihan metode PAIKEM oleh pemerintah dilaksanakan dengan hanya berupa Ocehan belaka
4. PERATURAN YANG TERLALU MENGIKAT.
Ini tentang KTSP, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, yang seharusnya sekolah memiliki kurikulum sendiri sesuai dengan karakteristiknya. Namun apa yang terjadi? Karena tuntutan RPP, SILABUS yang “membelenggu” kreatifitas guru dan sekolah dalam mengembangkan kekuatannya. Yang terjadi RPP banyak yang jiplakan (bahkan ada lho RPP dijual bebas, siapapun boleh meniru). Padahal RPP seharusnya unik sesuai dengan kondisi masing-masing sekolah. Administrasi-administrasi yang “membelenggu” guru, yang menjadikan guru lebih terfokus pada administrator, sehingga guru lupa fungsi utama lainnya sebagai mediator, motivator, akselerator, fasilitator, dan lainnya
5. GURU TIDAK MENANAMKAN SOAL "BERTANYA".
Lihatlah pembelajaran di ruang kelas. Sepertinya sudah diseragamkan. Anak duduk rapi, tangan dilipat di meja, mendengarkan guru menjelaskan. seolah-olah Anak “Dipaksa” mendengar dan mendapatkan informasi sejak pagi sampai siang, belum lagi ada sekolah yang menerapkan Full Days. Anak diajarkan cara menyimak dan mendengarkan penjelasan guru, sementara kompetensi bertanya tak disentuh. Anak-anak dilatih sejak TK untuk diam saat guru menerangkan, untuk mendengarkan guru. Akibatnya Siswa tidak dilatih untuk bertanya. Siswa tidak dibiasakan bertanya, akibatnya siswa tidak berani bertanya. Selesai mengajar, guru meminta anak untuk bertanya. Heninglah suasana kelas. Yang bertanya biasanya anak-anak itu saja.
6. METODE PERTANYAAN TERBUKA TIDAK DIPAKAI.
Salah satu ciri negara FINLANDIA yang merupakan negara ranking pertama kualitas pendidikannya adalah dalam ujian guru memberkan soal terbuka, siwa boleh menjawab soal dengan membaca buku. Sedangkan Di Indoneisa? tidak mungkin, guru pasti sudah berfikir, "nanti banyak yang nyontek dong," begitu kata seorang guru. Guru Indonesia belum siap menerapkan ini karena masih kesulitan membuat soal terbuka. Soal terbuka seolah-olah beban berat. Mendingan soal tertutup atau soal pilihan ganda, menilainya mudah, begitu kira-kira alasan guru sekarang.
7. FAKTA TENTANG MENYONTEK.
Siswa menyontek itu biasa terjadi, tapi, guru tidak akan lelah untuk memperingatkannya, Tapi apakah kalian tahu kalau "guru juga menyontek" ? Ini lebih parah. Lihatlah tes-tes yang diikuti guru, tes pegawai negeri yang di ikuti guru, menyontek telah merasuki sosok guru. Guru aja menyontek apalagi siswanya. Meskipun tidak semua guru atau calon guru.
Nah... mungkin itulah beberapa sebab yang berakibat pada kemajuan Pendidikan di Indonesia.
Sumber : Science and Technology Studies

Read more

Introduction

GAMES

PRIMBON RAMALAN JODOH