meningkatkan harkat, martabat, citra dan profesionalisme guru
Saturday, February 27, 2010 6:18:55 AM Momogunology Club Didin Faqihuddin, MA Alumnus PPS. UIN Sunan Gunung Djati Bandung Linguistik selalu didefinisikan sebagai “studi ilmiah tentang bahasa” (the scientific study of language). Definisi itu kemudian memunculkan dua pertanyaan lebih lanjut yaitu, apa yang dimaksud dengan “ilmiah” dan apa yang dimaksud dengan “bahasa”? pertanyaan pertama relatif mudah dijawab, namun tidak demikian halnya dengan yang kedua. Kita dapat mengatakan bahwa seorang linguis melakukan kajian ilmiah ketika dia berusaha untuk mengkaji bahasa sama seperti seorang ilmuwan mengkaji fisika atau kimia. Maksudnya adalah mereka melakukianya secara sistematis, dan sedapat mungkin tanpa adanya ‘prasangka’. Dalam konteks bahasa, seorang linguis meneliti kegunaan bahasa, membentuk hipotesis tentang bahasa, menguji hipotesis itu, dan kemudian menyaring kembali hipotesis itu berdasarkan bukti-bukti yang telah dikumpulkan. Untuk lebih mudahnya, dapat dilihat contoh berikut. Dalam bahasa Inggris, kita dapat membuat hipotesis bahwa kata sifat (adjective) selalu mendahului kata benda. Misalnya: “a good man” dan “a dead tree”. “Good” dan “dead” adalah kata sifat yang masing-masing mendahului kata benda yang dijelaskannya (“man” dan “tree”). Dari sini terbukti hipotesis kita bahwa kata sifat dalam bahasa Inggris mendahului kata benda. Namun bertentangan dengan hipotesis kita, ada kalimat dalam bahasa Inggris di mana kata sifat ada di belakang kata benda, misalnya: “the man is good” dan “the tree is dead”. Dan lebih detil lagi, kita juga menemukan kalimat berikut: “life everlasting” dan “mission impossible”, yang sekali lagi bertentangan dengan hipotesis kita, karena di sini, kata sifat (everlasting dan impossible) lagi-lagi tidak mendahului kata benda. Ketika kita melakukan pengujian terhadap kata sifat dalam bahasa Inggris, maka kita ada dalam posisi untuk mengatakan bahwa kata sifat (ajektiva) dalam bahasa Inggris digunakan dalam dua cara: (a) Mereka dapat digunakan secara atributif (sebelum kata benda) seperti: “a good man”; dan (b) Mereka apat digunakan secara predikatif (mengikuti kata kerja), seperti kalimat: “The man is good”. Aturan (hukum) gramatikal seperti itu mengkover penggunaan hampir kebanyakan ajektif dalam bahasa Inggris. Lalu apa itu bahasa? Sederhananya kita dapat mengatakan bahwa sebuah bahasa adalah seperangkat signal (tanda, isyarat) yang kita gunakan untuk berkomunikasi. Manusia bukanlah satu-satunya makhluk yang mempunyai sistem komunikasi yang rumit. Lebah berkomunikasi dengan sesamanya tentang madu yang mereka temukan, atau tentang jumlah telur yang ada di sebuah sarang yang baru; simpanse dapat menggunakan vokalisasi untuk memberikan peringatan terhadap bahaya, memberikan sinyal ketika menemukan makanan, atau untuk menunjukkan keinginan kawin; dan lumba-lumba dapat mengkomunikasikan informasi tentang makanan dan bahaya dengan cara melakukan siulan-siulan dan cekelakan. Tidak cukup tempat di sini untuk menjelaskan persamaan dan perbedaan sistem komunikasi manusia dan sistem komunikasi hewan. Juga tidak gunanya untuk mendiskusikan apakah bahasa manusia dikembangkan dari sistem-sistem tanda yang lebih sederhana, dan ada lebih awal dibanding bahasa hewan. Yang tampak jelas adalah bahwa bahasa sama tuanya dengan spesies-spesies yang ada di dunia. Tidak juga benar mengatakan bahwa kita kehilangan satu mata rantai rangkaian dari sistem komunikasi yang sederhana menjadi bahasa manusia yang kompleks. Yang dapat kita katakan dengan penuh percaya diri adalah bahwa jikapun bahasa manusia dalam ‘esensi’-nya tidak berbeda dengan komunikasi hewan, namun bahasa keduanya berbeda dalam tingkatan (degree). Bahasa dunia hewan tidak bisa menyamai bahasa manusia dilihat dari segi fleksibilitas, kompleksitas, presisi, produktifitas, dan kuantitasnya. Manusia belajar membuat penggunaan (bahasa) yang tidak terbatas dari perangkat (bahasa) yang terbatas. Ada beberapa poin umum yang membuat bahasa manusia begitu bernilai. Pertama, bahasa manusia bukan hanya sebuah sistem vokal komunikasi. Ia dapat juga diekspresikan dengan tulisan yang pada gilirannya membuat bahasa manusia tidak terbatas ruang dan waktu. Kedua, setiap bahasa (kelompok manusia) bersifat arbitrer dan sistematik. Artinya tidak ada dua bahasa yang perangkat aturannya sama persis, setiap bahasa memiliki perangkatnya sendiri. Untuk menunjuk ke benda bernama air, bahasa Inggris menggunkan kata ‘water’, bahasa Perancis ‘eau’, bahasa Arab ‘miyah’. Tidak ada hubungan hakiki masing-masing kata dengan sesuatu yang dirujuknya (senyawa H2O), inilah yang disebut arbitrer. Sementara pengertian sistemik dapat dilihat pada contoh berikut: untuk memberitahukan bahwa seseorang merasakan keinginan untuk makan karena perutnya kosong, maka bahasa Indonesia akan dikatan: “Saya lapar”; dalam bahasa Inggris: “I am hungry”; dalam bahasa Perancis: “J’ai faim” (yang secara luteral berarti “saya punya rasa lapar). Kita tidak bisa mengatakan bahwa sebuah bahasa lebih ‘alami’ dan lebih ‘sesuai’ dari pada bahasa yang lain. Bahasa bersifat arbitrer dalam pemilihan dan kombinasi pokok-pokoknya, namum bersifat sistematik dalam hal bahwa ide-ide yang serupa itu diungkapkan dengan cara yang sama. Dan akhirnya tidak ada bahasa yang primitif atau bahasa kelas dua. Orang boleh hidup dalam kondisi yang paling primitif, tetapi semau bahasa muncul dalam keadaan yang sama-sama kompleks. Dan semua bahasa sungguh memadai untuk memenuhi kebutuhan para penggunanya. Bahasa digunakan untuk diyakini bahwa nun jauh di belahan dunia yang lain akan ditemukan sebuah bahasa yang lebih sederhana, dam ada suatu mata rantai yang hilang antara komunikasi hewan dan bahasa kelompok-kelompok masyarakat yang berteknologi maju. Ada ditemukan manusia di bagian-bagian paling jauh Papua New Guinea dan di Lembah Amazon yang cara hidupnya tidak pernah berubah selama ribuan tahun, namun bahasa mereka memiliki kehalusan, teroganisir, fleksibel, dan berguna yang sama dengan bahasa-bahasa yang ditemukan di belahan lain manapun di dunia ini. Bahasa dan Media Sebuah bahasa adalah sebuah abstraksi yang didasarkan pada perilaku linguistik para penggunanya. Bahasa tidak bisa disamakan secara persis dengan kemampuan bicara (speech) karena tidak ada seorang penutur bahasa yang memiliki penguasaan total terhadap seluruh sistem bahasa, dan setiap penutur dapat menggunakan bahasa secara tidak memadai karena keletihan, sakit, atau karena tidak perhatian. Seluruh bocah kecil yang normal dari semua ras belajar untuk berbicara dengan bahasa masyarakat di mana ia berada, dengan demikian kemampuan bicara sering terlihat sebagai media utama sebuah bahasa. Sistem abstrak di mana bahasa dapat dituangkan dalam bentuk tulisan, dan meskipun kemampuan bicara dan tulisan memiliki banyak kesamaan, keduanya tidak bisa disamakan atau disusun secara hirearkis. Banyak buku akan mengatakan bahwa kemampuan bicara adalah ‘primer’, dan ini benar dalam beberapa hal: (1) Tulisan relatif baru berkembang belakangan di kelompok masyarakat; (2) ribuan masyarakat tutur bersandar semata-mata pada ‘bahasa lisan; (3) semua kita lebih banyak berbicara ketimbangmenulis; dan (4) meskipun kita mempelajari bahasa tanpa usaha sadar, namun untuk belajar membaca dan menulis selalu kurang spontan dan tidak otomatis. Namun demikian, kemampuan bicara bukanlah ‘primer’ jika kita memaknai ‘primer’ itu sebagai ‘lebih penting’. Kemampuan bicara dan menulis tidak dalam suasana berkompetisi. Keduanya saling melengkapi dan keduanya dibutuhkan dalam sebuah masyarakat yang maju secara teknologi. Kita dapat menyimpulkan hubungan antara bahasa dan medianya bahwa, meskipun bahasa lisan dan tulisan secara teori berbeda, namun mereka dapat saling mempengaruhi satu sama lain. Berikut adalah perbedaan-perbedaan mendasar antara bahasa lisan dan bahasa tulis: Bahasa lisan: isi suara; menggunakan intonasi, tekanan, ritme dan tempo; diproduksi secara mudah-tidak butuh alat; tidak kekal; dipersepsi dengan telinga; sialamat hadir; umpan balik secara langsung; pemaknaan dibantu dengan konteks, gerak tubuh dan gestur; spontan, dan asosiatif. Bahasa tulisan: isi huruf / tanda; menggunakan pungtuasi (tanda baca) dan perlengkapan grapologis lain seperti italic; diproduksi dengan usaha-membutuhkan alat; relatif permanen; dipersepsi dengan mata; sialamat absen; umpan balik ditunda; pemaknaan harus dibuat dengan jelas dalam konteksnya; tidak spontan; dan logis. Daftar itu cukup untuk menunjukkan bahwa bahasa lisan dan bahasa tulisan adalah media yang sangat berbeda. Lebih jauh, masing-masing keduanya dapat berfungsi secara indpenden. Kita tidak harus bisa berbicara suatu bahasa untuk dapat membaca dan menulisnya. Tidak juga suatu kemampuan berbicara suatu bahasa memberikan jaminan seseorang secara otomatis bisa menulis dalam bahasa itu. Namun ada link-link tertentu antara kedua medium ini. Kebanyakn sistem bhasa tulisan didasarkan pada bahasa lisan (meskipun di dalam bahasa Inggris kita ketahui ada ekuivalensi yang kasar antara suara dan tulisan). Komponen-komponen Bahasa Ketika seekor burung kakatua mengucapkan kata-kata atau frase, kita memahaminya meskipun pantas-pantas saja kita berasumsi bahwa burung itu sendiri tidak memahami apa yang diucapkannya. Kakatua boleh jadi bisa memproduk satuan-satuan yang dapat dipahami dari media ucap, tetapi burung itu sendiri tidak memiliki kesadaran sistem abstrak di balik medium itu. Sama juga, jika kita mendengar suatu alunan suara dalam sebuah bahasa yang tidak kita ketahui, kita dapat memahami dengan nada suaranya apakah seseorang itu marah atau jengkel, namun makna pastinya tidak dapat kita ketahui. Untuk menguasai sebuah bahasa, karenanya berarti mampu mengucapkan sejumlah pola bahasa tak terbatas yang bisa dipahami oleh orang lain pengguna bahasa itu, di samping mampu juga memahami pola-pola kebahasaan tak terbatas yang diucapkan oleh orang lain. Jadi itu merupakan sebuah proses dua arah berupa mengucapkan dan memahami. Wallahu A’lam Kampus STAIN Datokarama Palu, 14 Januari 2010 Referensi: AN INTRODUCTION TO LINGUISTICS / Loreto Todd, MA., Ph.D
Label : automotive Hotels pimmy ride Phone Cell Property wallpapers Anti Vir car body designCopyright 2010 TRUBUS DOT COM
Theme designed by Lorelei Web Design
Blogger Templates by Blogger Template Place | supported by One-4-All